Sukun (Artocarpus altilis) merupakan tanaman yang mudah ditemui di Indonesia. Bagian daun dan batang merupakan bagian yang paling banyak dimanfaatkan dalam pengobatan dan kesehatan. Sukun termasuk kedalam tumbuhan tropis yang berbuah dua kali dalam setahun, pada bulan Maret sampai Juni dan Juli sampai September. Spesies Artocarpus altilis memiliki 2 varian, yakni sukung “Jawa” dan sukun “Bangkok”. Ukuran sukun Bangkok lebih besar dibandingkan dengan sukun Jawa dan memiliki permukaan kulit buah yang lebih halus dibandingkan dengan sukun Jawa yang berduri pendek dan tekstur yang lunak.
| Kingdom | Plantae (tumbuh-tumbuhan) |
| Divisi | Spermathophyta (tumbuhan berbiji) |
| Subdivisi | Angiospermae (berbiji tertutup) |
| Kelas | Dicotyledonae (biji berkeping dua) |
| Ordo | Urticales |
| Famili | Moraceae |
| Genus | Arthocarpus |
| Spesies | Arthocarpus altilis |
Tanaman sukun memiliki nama ilmiah Artocarpus altilis. Tinggi pohon sukun dapat mencapai 30 m, dapat tumbuh baik sepanjang tahun di daerah tropis basah dan bersifat semi-deciduous di daerah yang beriklim monsoon. Batang sukun memiliki kayu yang lunak, tajuknya rimbun dengan percabangan melebar ke arah samping, warna kulit batang yakni hijau kecoklatan, berserat kasar dan semua bagian tanaman memiliki getah encer. Akar tanaman sukun biasanya ada yang tumbuh mendatar atau menjalar dekat permukaan tanah dan mampu menghasilkan tunas secara alami.
Tanaman sukun berdaun tunggal yang bentuknya oval-lonjong memiliki ukuran panjang 20-60 cm dengan lebar 20-40 cm, tangkai daun sepanjang 3-7 cm.
Berdasarkan bentuknya terbagi menjadi 3 yakni berlekuk dangkal atau sedikit, berlekuk agak dalam dan berlekuk dalam. Bunga sukun berumah satu (monoceous), terletak pada ketiak daun dengan bunga jantan berkembang terlebih dahulu. Buah sukun berbentuk bulat sampai lonjong dengan ukuran panjang lebih dari 30 cm dengan lebar 9-20 cm. Berat buah sukun dapat mencapai 4 kg dengan daging buah berwarna putih, putih-kekuningan atau kuning. Panjang tangkai buah sekitar 2,5 sampai 12,5 cm tergantung varietasnya.
Persebaran tanaman sukun di Indonesia mencakup berbagai wilayah, mulai dari Sumatera (Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Nias, Lampung), Pulau Jawa (Kepulauan Seribu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Madura), Bali, Nusa Tenggara Barat, hingga Nusa Tenggara Timur
Tanaman ini juga ditemukan di Sulawesi (Minahasa, Gorontalo, Bone, Makasar, Malino), Maluku (Seram, Buru, Kai, Ambon, Halmahera dan Ternate) serta Papua (Sorong, Manokwari, pulau-pulau kecil di daerah ”Kepala Burung”.
Tanaman sukun dapat tumbuh dan tersebar mulai dari dataran rendah sampai dengan ketinggian 700 mdpl, dan sesekali ditemukan juga pada area setinggi 1.500 mdpl. Tanaman ini dapat tumbuh baik di daerah panas sekitar 20–40°C yang beriklim basah dengan curah hujan 2000-3000 mm/tahun dan kelembaban
relatif 70-90%.
Tanaman sukun menyukai lahan terbuka dan banyak menerima sinar matahari. Sukun dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, mulai dari tanah podsolik merah kuning, tanah berkapur, hingga tanah berpasir. namun akan lebih baik apabila ditanam pada tanah alluvial yang gembur, bersolum dalam, banyak mengandung humus, tersedia air tanah yang dangkal dan pH tanah sekitar 5-7.
Tanaman sukun menghasilkan buah yang kaya akan nilai gizi dan berpotensi menjadi sumber pangan alternatif pengganti beras. Buah sukun umumnya dijadikan makanan ringan atau makanan tambahan dengan cara dibakar, rebus, digoreng dan dibuat keripik. Namun dapat pula diolah menjadi gaplek sukun, tepung sukun dan pati sukun yang selanjutnya dapat diolah menjadi beraneka ragam masakan.
Sukun juga memiliki manfaat lain, yaitu tajuknya yang rindang dan perakaran yang dalam dan menyebar luas sehingga cocok ditanam untuk kegiatan
penghijauan dan konservasi lahan. Kayu sukun yang sudah tua digunakan untuk bahan bangunan (konstruksi ringan), papan yang dikilapkan, bahan pembuatan kotak/peti, mainan dan bahan baku pulp. Daunnya dapat dijadikan pakan ternak.
Alrasjid, H. 1993. Pedoman Penanaman Sukun. Informasi Teknis No. 42. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi
Alam. Bogor.
Feryanto, H. 2006. Variasi Aksial Dan Radial Sifat-Sifat Kayu Sukun (Artocarpus communis FORST) Dari Bantul Yogyakarta. Tesis.
Sekolah Pasca Sarjana Universita Gadjah Mada. Yogyakarta.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan RI. Jakarta.
Pitojo, S. 1992. Budidaya Sukun. Kanisius. Yogyakarta.
Prastyono, S. D., Adinugroho, H. A., & Kartikawati, N. K. (2014). Pengembangan Teknik Budidaya Sukun (Artocarpus altilis) Untuk Ketahanan Pangan. Jakarta: IPB Press.
Ragone, D. 1997. Breadfruit : Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg. Promoting the conservation and used of underutilize and neglected crops. 10. International Plant Genetic Resources Institute. Rome, Italy.
Rajendran, R. 1992. Arthocarpus altilis (Parkinson) Fosberg in PROSEA: Plant Resources of South-East Asia 2. Edible fruits and nuts. Bogor, Indonesia. pp 83-86.
Widowati, S. 2003. Prospek Tepung Sukun Untuk Berbagai Produk Makanan Olahan Dalam Upaya Menunjang Diversifikasi Pangan.
http://tumotou.net/70207134/sri_widowati. htm, diakses pada tanggal 28 Nopember 2006.
Yumni, G. G., Widyarini, S., & Fakhrudin, N. (2021). Kajian etnobotani, fitokimia, farmakologi dan toksikologi sukun (Artocarpus altilis (Park.) Fosberg). Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia, 14(1), 55-70.