Differences

This shows you the differences between two versions of the page.

Link to this comparison view

Both sides previous revision Previous revision
Next revision
Previous revision
ekosistem:lahan_gambut [2022/10/20 04:31] Akbar Aksi Gemilangekosistem:lahan_gambut [Unknown date] (current) – removed - external edit (Unknown date) 127.0.0.1
Line 1: Line 1:
-====== Lahan Gambut ====== 
- 
-Lahan gambut merupakan bagian dari lanskap [[:ekosistem:ekosistem_gambut|ekosistem gambut]], salah satu ekosistem khas lahan basah yang dimiliki Indonesia. Gambut berasal dari tanah yang terdapat akumulasi sisa-sisa makhluk hidup yang melapuk, mengandung bahan organik >12% dengan ketebalan lebih dari 50 cm<sup>1</sup> . Akumulasi bahan organik yang terjadi di lahan gambut disebabkan oleh lambatnya laju dekomposisi dibanding dengan laju penumpukan bahan organik yang tergenang dalam jangka waktu yang lama<sup>2&3</sup> . 
- 
-Lahan gambut memiliki karakteristik yang unik yaitu rentan terhadap konversi, relatif kurang subur dan kering tak berbalik sehingga apabila terdapat kesalahan dalam pengelolaan dapat menimbulkan masalah lingkungan<sup>4</sup> . Berdasarkan ketebalannya, lahan gambut dibagi ke dalam empat kategori yaitu gambut dangkal (<1 m), gambut sedang (1-2 m), gambut dalam (2-4 m), dan gambut sangat dalam (>4 m). 
-===== Luas dan Persebaran ===== 
- 
-Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki gambut dengan jumlah yang besar. Lahan gambut di Indonesia merupakan yang terbesar di Asia Tenggara dan keempat di dunia<sup>5</sup> . Luas lahan gambut di Indonesia pada tahun 2019 mencapai 24.667.804 Ha dan sebagian besar tersebar di tiga pulau yaitu Sumatera (6,4 juta Ha), Kalimantan (4,7 juta Ha), dan Papua (3,6 juta Ha)<sup>6</sup> . 
-===== Fungsi Lahan Gambut ===== 
- 
-Lahan gambut memiliki fungsi ekologis untuk lingkungan dan ekonomis untuk masyarakat sekitar. Beberapa fungsi lahan gambut antara lain: 
- 
-  - Menyimpan karbon dalam jumlah besar untuk menjaga lingkungan dari perubahan iklim 
-  - Gambut bersifat seperti //spons//, dapat menjadi pengendali siklus hidrologi karena dapat menampung air sebanyak 100% - 1300% dari bobot keringnya. 
-  - Menunjang perekonomian masyarakat dengan pemanfaatan hasil hutan gambut berupa rotan, karet, nanas, dll. Selain itu, pada rawa gambut juga dapat dimanfaatkan untuk budidaya ikan. 
-  - Habitat alami bagi berbagai spesies [[:ekosistem:tumbuhan|]] dan hewan, seperti k[[:ekosistem:tumbuhan:kantong_semar|antung semar]], orang utan, trenggiling, [[:ekosistem:ramin|]], dan [[:ekosistem:tumbuhan:anggrek|]]. 
- 
-===== Pemanfaatan dan Permasalahan ===== 
- 
-Lahan gambut, terutama gambut dangkal, telah dimanfaatkan oleh masyarakat lokal di Indonesia selama berabad-abad.Pemanfataan tersebut seringkali dilakukan dengan praktik pengeringan skala besar dan pembakaran lahan gambut untuk [[:ekosistem:konversi_lahan|konversi lahan]] untuk pertanian atau perkebunan. 
- 
-Konversi lahan gambut dan drainase untuk penggunaan pertanian telah memicu berbagai masalah lingkungan dan degradasi ekologis, termasuk tingginya emisi gas rumah kaca (GHG), menurunnya fungsi hidrologis dan hilangnya keanekaragaman hayati. Pengeringan lahan gambut menyebabkan rentan terjadinya [[:ekosistem:kebakaran_lahan_gambut|kebakaran lahan gambut]] periode kering dan banjir di musim hujan. Kabut karena kebakaran gambut telah menjadi perhatian regional selama bertahun-tahun. Baik isu keanekaragaman hayati dan emisi gas rumah kaca memiliki relevansi global, yang semakin menambah urgensi penanganan konversi lahan gambut di Indonesia. 
- 
-Untuk membangun solusi efektif untuk masalah ini, setidaknya ada empat syarat yang harus dipenuhi: 
- 
-  - Pemahaman dasar dan diagnosis praktik penggunaan lahan yang menyebabkan degradasi lahan gambut; 
-  - Kesediaan untuk bertindak mengurangi degradasi lahan gambut untuk satu atau lebih alasan yang mungkin; 
-  - Kemampuan untuk bertindak oleh otoritas dan institusi yang relevan, mempengaruhi aktor dan tindakan; dan 
-  - Opsi alternatif yang layak yang memenuhi harapan pemangku kepentingan yang sah. 
- 
----- 
- 
-==== Referensi ==== 
- 
-  - Cassel, D,K 1997, Aquic Conditions and Hydric Soils: The Problems Soils Foreword, Dalam: M, J, Veppraskas & S, W, Sprecher,(eds), SSSA Special Publication Number 50. 
-  - Radjagukguk, B 2000, Perubahan Sifat-Sifat Fisik dan Kimia Tanah Gambut Akibat Reklamasi Lahan Gambut untuk Pertanian, //Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan//, Vol. 2 No, hh. 1- 15. 
-  - Sabiham, S 2007, Pengembangan Lahan Secara Berkelanjutan Sebagai Dasar Dalam Pengelolaan Gambut di Indonesia,// Makalah Utama Seminar Nasional  Pertanian Lahan Rawa//, Kapuas 3-4 Juli 2007. 
-  - [[https://doi.org/10.13057/bonorowo/w070106|Nusantara, R. W., & Aspan, A. (2017). Differentiation of soil organisms at different types of peatland in West Kalimantan, Indonesia. Bonorowo Wetlands,  7(1),  26–30. ]] 
-  - Harsono, S. S. (2020). Mitigation and adaptation peatland through sustainable agricultural approaches in Indonesia: In a review. //AJARCDE | Asian Journal of Applied Research for Community Development and Empowerment,//  4(1). 
-  - Badan Restorasi Gambut, B. (2020). //Laporan Kinerja Badan Resorasi Gambut Tahun 2019. In Laporan Kinerja Badan Resorasi Gambut: Vol. Januari 20. // 
- 
-{{tag>ekosistem penghidupan}} 
- 
  
  • ekosistem/lahan_gambut.1666240277.txt.gz
  • Last modified: 2023/01/17 22:52
  • (external edit)