ekosistem:lahan_gambut

Differences

This shows you the differences between two versions of the page.

Link to this comparison view

Both sides previous revision Previous revision
Next revision
Previous revision
ekosistem:lahan_gambut [2023/01/17 20:16] – external edit 127.0.0.1ekosistem:lahan_gambut [2023/02/04 10:04] (current) Yusi Septriandi
Line 1: Line 1:
 ====== Lahan Gambut ====== ====== Lahan Gambut ======
  
-Lahan gambut merupakan bagian dari lanskap [[:ekosistem:ekosistem_gambut|ekosistem gambut]], salah satu ekosistem khas lahan basah yang dimiliki Indonesia. Gambut berasal dari tanah yang terdapat akumulasi sisa-sisa makhluk hidup yang melapuk, mengandung bahan organik >12% dengan ketebalan lebih dari 50 cm<sup>1</sup>  Akumulasi bahan organik yang terjadi di lahan gambut disebabkan oleh lambatnya laju dekomposisi dibanding dengan laju penumpukan bahan organik yang tergenang dalam jangka waktu yang lama<sup>2&3</sup>  .+Lahan gambut merupakan bagian dari lanskap [[.:ekosistem_gambut|ekosistem gambut]], salah satu ekosistem khas lahan basah yang dimiliki Indonesia. Gambut berasal dari tanah yang terdapat akumulasi sisa-sisa makhluk hidup yang melapuk, mengandung bahan organik >12% dengan ketebalan lebih dari 50 cm<sup>1.</sup> 
 + 
 +Akumulasi bahan organik yang terjadi di lahan gambut disebabkan oleh lambatnya laju dekomposisi dibanding dengan laju penumpukan bahan organik yang tergenang dalam jangka waktu yang lama<sup>2&3</sup>  .
  
 Lahan gambut memiliki karakteristik yang unik yaitu rentan terhadap konversi, relatif kurang subur dan kering tak berbalik sehingga apabila terdapat kesalahan dalam pengelolaan dapat menimbulkan masalah lingkungan<sup>4</sup>  . Berdasarkan ketebalannya, lahan gambut dibagi ke dalam empat kategori yaitu gambut dangkal (<1 m), gambut sedang (1-2 m), gambut dalam (2-4 m), dan gambut sangat dalam (>4 m). Lahan gambut memiliki karakteristik yang unik yaitu rentan terhadap konversi, relatif kurang subur dan kering tak berbalik sehingga apabila terdapat kesalahan dalam pengelolaan dapat menimbulkan masalah lingkungan<sup>4</sup>  . Berdasarkan ketebalannya, lahan gambut dibagi ke dalam empat kategori yaitu gambut dangkal (<1 m), gambut sedang (1-2 m), gambut dalam (2-4 m), dan gambut sangat dalam (>4 m).
Line 23: Line 25:
 Lahan gambut, terutama gambut dangkal, telah dimanfaatkan oleh masyarakat lokal di Indonesia selama berabad-abad.Pemanfataan tersebut seringkali dilakukan dengan praktik pengeringan skala besar dan pembakaran lahan gambut untuk [[:kebijakan:konversi_lahan|konversi lahan]] untuk pertanian atau perkebunan. Lahan gambut pada dasarnya kurang subur sehingga dapat menghambat pengembangan lahan gambut untuk budidaya pertanian. Pembakaran lahan gambut merupakan pilihan yang sering dipilih masyarakat karena diyakini dapat menyediakan zat hara yang siap digunakan untuk tanaman pertanian<sup>8</sup>   . Lahan gambut, terutama gambut dangkal, telah dimanfaatkan oleh masyarakat lokal di Indonesia selama berabad-abad.Pemanfataan tersebut seringkali dilakukan dengan praktik pengeringan skala besar dan pembakaran lahan gambut untuk [[:kebijakan:konversi_lahan|konversi lahan]] untuk pertanian atau perkebunan. Lahan gambut pada dasarnya kurang subur sehingga dapat menghambat pengembangan lahan gambut untuk budidaya pertanian. Pembakaran lahan gambut merupakan pilihan yang sering dipilih masyarakat karena diyakini dapat menyediakan zat hara yang siap digunakan untuk tanaman pertanian<sup>8</sup>   .
  
-Konversi lahan gambut dan drainase untuk penggunaan pertanian telah memicu berbagai masalah lingkungan dan degradasi ekologis, termasuk tingginya emisi gas rumah kaca (GHG), menurunnya fungsi hidrologis dan hilangnya keanekaragaman hayati. Pengeringan lahan gambut menyebabkan rentan terjadinya [[ekosistem:kebakaran_lahan_gambut|kebakaran lahan gambut]] periode kering dan banjir di musim hujan. Kabut karena kebakaran gambut telah menjadi perhatian regional selama bertahun-tahun. Baik isu keanekaragaman hayati dan emisi gas rumah kaca memiliki relevansi global, yang semakin menambah urgensi penanganan konversi lahan gambut di Indonesia.+Konversi lahan gambut dan drainase untuk penggunaan pertanian telah memicu berbagai masalah lingkungan dan degradasi ekologis, termasuk tingginya emisi gas rumah kaca (GHG), menurunnya fungsi hidrologis dan hilangnya keanekaragaman hayati. Pengeringan lahan gambut menyebabkan rentan terjadinya [[.:kebakaran_lahan_gambut|kebakaran lahan gambut]] periode kering dan banjir di musim hujan. Kabut karena kebakaran gambut telah menjadi perhatian regional selama bertahun-tahun. Baik isu keanekaragaman hayati dan emisi gas rumah kaca memiliki relevansi global, yang semakin menambah urgensi penanganan konversi lahan gambut di Indonesia.
  
 Untuk membangun solusi efektif untuk masalah ini, setidaknya ada empat syarat yang harus dipenuhi: Untuk membangun solusi efektif untuk masalah ini, setidaknya ada empat syarat yang harus dipenuhi:
Line 32: Line 34:
   - Opsi alternatif yang layak yang memenuhi harapan pemangku kepentingan yang sah.   - Opsi alternatif yang layak yang memenuhi harapan pemangku kepentingan yang sah.
  
-Selain solusi terkait pembukaan lahan untuk pertanian dan perkebunan, terdapat alternatif lain untuk pemanfaatan lahan gambut secara lestari namun masyarakat tetap memperoleh keuntungan secara ekonomis. [[:pemanfaatan_hasil_hutan|Pemanfaatan hasil hutan]] yang dapat dilakukan dapat berupa pembangunan ekowisata gambut, [[:sosialekonomi:hasil_hutan_bukan_kayu|hasil hutan bukan kayu]] pada gambut,+Selain solusi terkait pembukaan lahan untuk pertanian dan perkebunan, terdapat alternatif lain untuk pemanfaatan lahan gambut secara lestari namun masyarakat tetap memperoleh keuntungan secara ekonomis. [[penghidupan:pemanfaatan_hasil_hutan|Pemanfaatan hasil hutan]] yang dapat dilakukan dapat berupa pembangunan ekowisata gambut, [[:sosialekonomi:hasil_hutan_bukan_kayu|hasil hutan bukan kayu]] pada gambut,
  
 ---- ----
Line 46: Line 48:
   - [[https://katadata.co.id/timpublikasikatadata/infografik/5e9a519433cb1/luas-gambut-indonesia-terbesar-kedua-di-dunia|Luas Gambut Indonesia Terbesar Kedua di Dunia]]   - [[https://katadata.co.id/timpublikasikatadata/infografik/5e9a519433cb1/luas-gambut-indonesia-terbesar-kedua-di-dunia|Luas Gambut Indonesia Terbesar Kedua di Dunia]]
   - [[https://books.google.com/books?hl=id&lr=&id=Ji2R4TMX4R4C&oi=fnd&pg=PR1&dq=panduan+pengendalian+gambut+adinugroho&ots=hM0fe0Hnht&sig=p91vVwfmQR1_pP8ixanPHO5UlGI|Adinugroho, W. C., Suryadiputra, I. N. N., & Saharjo, B. H. 2005. Panduan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut. Proyek Climate Change, Forest and Peatlands in Indonesia. Wetlands International — Indonesia Programme and Wildlife Habitat Canada. Bogor. Indonesia.]]   - [[https://books.google.com/books?hl=id&lr=&id=Ji2R4TMX4R4C&oi=fnd&pg=PR1&dq=panduan+pengendalian+gambut+adinugroho&ots=hM0fe0Hnht&sig=p91vVwfmQR1_pP8ixanPHO5UlGI|Adinugroho, W. C., Suryadiputra, I. N. N., & Saharjo, B. H. 2005. Panduan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut. Proyek Climate Change, Forest and Peatlands in Indonesia. Wetlands International — Indonesia Programme and Wildlife Habitat Canada. Bogor. Indonesia.]]
- 
 {{tag>rintisan}} {{tag>rintisan}}
  
  
  • ekosistem/lahan_gambut.1673986602.txt.gz
  • Last modified: 2023/01/17 20:16
  • by 127.0.0.1