Both sides previous revision Previous revision | |
peatland_talks_generasi_muda_bicara_gambut [2025/02/06 10:40] – Rabbirl Yarham Mahardika | peatland_talks_generasi_muda_bicara_gambut [2025/02/06 10:45] (current) – Rabbirl Yarham Mahardika |
---|
<font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>Dengan adanya keseimbangan ini, masyarakat dan lingkungan akan lebih mampu bertahan menghadapi berbagai tantangan yang ada, serta dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi secara dinamis dan berkelanjutan.</font> | <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>Dengan adanya keseimbangan ini, masyarakat dan lingkungan akan lebih mampu bertahan menghadapi berbagai tantangan yang ada, serta dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi secara dinamis dan berkelanjutan.</font> |
| |
===== ===== | ---- |
| |
| ===== Materi 3. Muhammad Diki, S.E ===== |
| <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>Pengelolaan lahan gambut yang berkelanjutan sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan mencegah kerusakan yang lebih parah akibat konversi lahan. Lahan gambut memiliki peran vital dalam penyimpanan karbon dan mendukung keanekaragaman hayati. Namun, perubahan penggunaan lahan yang tidak terkendali, seperti pembukaan lahan untuk perkebunan dan pembakaran, dapat menyebabkan degradasi yang merugikan bagi lingkungan.</font> |
| |
| ---- |
| <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>**Pertanian:** Pertanian di kawasan rawa gambut di Indonesia, khususnya di wilayah seperti Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), memanfaatkan berbagai tanaman semusim dan tanaman perennials. Di antaranya adalah padi tabur, jagung, umbi-umbian, sayuran, serta tanaman obat keluarga (TOGA). Praktik pertanian ini seringkali memanfaatkan lahan bekas terbakar, dan kondisi tanah gambut yang telah terdegradasi menjadi tantangan utama yang perlu dihadapi oleh para petani.</font> |
| <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>**Perkebunan:** Selain pertanian semusim, kegiatan perkebunan di lahan gambut juga sangat umum dilakukan. Tanaman monokultur dan agroforestri seperti kelapa, pinang, karet, kelapa sawit, jengkol, petai, pisang, dan kopi Liberica merupakan jenis tanaman yang banyak dibudidayakan di daerah-daerah tersebut. Meskipun banyak dari tanaman ini memerlukan perhatian ekstra terkait manajemen air dan keberlanjutan lahan gambut, perkebunan ini menjadi salah satu sumber pendapatan utama bagi masyarakat lokal.</font> |
| <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>**Perikanan dan Peternakan:** Selain sektor pertanian dan perkebunan, sektor perikanan dan peternakan juga memberikan kontribusi signifikan bagi masyarakat di sekitar kawasan rawa gambut. Peternakan seperti kerbau rawa, sapi, kambing, ayam, dan entok, serta perikanan dengan komoditas ikan bandeng, kepiting, dan udang, turut mendukung keberlanjutan ekonomi lokal.</font> |
| |
| ---- |
| <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>**Padi Tabur:** Padi tabur merupakan salah satu teknik pertanian tradisional yang digunakan masyarakat di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), khususnya pada lahan rawa gambut bekas terbakar. Teknik ini dikenal dengan nama "besonor," di mana benih padi ditebarkan secara langsung ke atas lahan tanpa melalui pengolahan tanah lebih lanjut. Praktik ini, meskipun sederhana, cukup efektif untuk menghasilkan padi dalam waktu singkat. Namun, tantangan utama dari metode ini adalah rendahnya hasil yang didapatkan akibat ketergantungan pada kondisi alam dan ketersediaan air yang terbatas.</font> |
| <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>**Besonor:** Besonor adalah teknik budidaya padi yang dilakukan pada lahan rawa gambut bekas terbakar. Dalam kegiatan besonor, benih padi hanya dihujankan di atas lahan tanpa pengolahan tanah, dan kemudian lahan tersebut dibiarkan tanpa pemeliharaan intensif. Setelah empat bulan, petani kembali ke lahan untuk memanen padi yang tumbuh secara alami. Meskipun metode ini membutuhkan sedikit perawatan, dampak dari kebakaran lahan gambut dan minimnya pemeliharaan mengurangi produktivitasnya dan berpotensi merusak kualitas tanah dalam jangka panjang.</font> |
| <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>**Pemanfaatan Lahan Pertanian:** Dengan adanya kegiatan pertanian dan perkebunan yang intensif, penting bagi masyarakat untuk mempertimbangkan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Konservasi gambut dan pengurangan praktik pembakaran lahan yang terus-menerus harus menjadi prioritas agar tanah gambut tetap mampu memberikan hasil pertanian yang baik dan tidak mengalami degradasi lebih lanjut.</font> |
| |
| ---- |
| <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>**Gulo Puan dan Susu Kerbau: Warisan Budaya dan Ekonomi di Rawa Pampangan**</font> |
| <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>Di Rawa Pampangan, wilayah yang kaya akan potensi alam, terdapat produk lokal yang memiliki nilai historis dan budaya yang tinggi, salah satunya adalah **gulo puan**. Gulo puan, sejenis gula yang terbuat dari nira kelapa, masih tetap diproduksi dan menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat meskipun era Kesultanan Palembang telah berakhir. Sampai saat ini, gulo puan dapat dinikmati oleh masyarakat umum dengan harga sekitar Rp 80.000 per kilogram, sebagai warisan kuliner yang terus dilestarikan.</font> |
| <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>Selain gulo puan, **susu kerbau** menjadi produk unggulan lain dari kawasan ini, yang juga memiliki kedalaman sejarah dan makna budaya. Kerbau rawa di daerah ini bukan hanya memiliki nilai ekonomi, tetapi juga melambangkan kesetiaan pada Sultan Palembang. Kerbau-kerbau ini merupakan keturunan dari kerbau milik Sultan Palembang yang dibawa dari India pada zaman dahulu. Keberadaan kerbau-kerbau tersebut di desa tersebut tetap melestarikan nilai-nilai sejarah dan budaya, serta memberikan kontribusi penting dalam bidang ekonomi lokal.</font> |
| <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>**Kerbau Rawa dan Pemeliharaan Tradisional:** Kerbau rawa di kawasan ini memiliki peranan yang lebih dari sekedar sebagai hewan ternak. Mereka berfungsi sebagai simbol kesetiaan masyarakat kepada Sultan Palembang, yang mewariskan tradisi pemeliharaan kerbau. Keberadaan mereka mendukung sektor perikanan dan pertanian melalui penggunaan tenaga kerja untuk membajak sawah atau digunakan dalam kegiatan lainnya. Selain itu, susu kerbau rawa ini juga digunakan untuk berbagai produk olahan, yang memiliki nilai jual tinggi di pasar lokal.</font> |
| <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>Dengan demikian, **Rawa Pampangan** bukan hanya sebuah kawasan rawa yang kaya akan sumber daya alam, tetapi juga sebuah tempat yang menyimpan tradisi dan budaya yang masih terjaga hingga kini. Produk-produk seperti gulo puan dan susu kerbau menjadi contoh nyata bagaimana tradisi dan ekonomi lokal bisa berjalan seiring sejalan, melestarikan warisan budaya, dan sekaligus memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat.</font> |
| |
| |