Differences
This shows you the differences between two versions of the page.
target_folu_net_sink_2030 [2025/07/16 06:21] – created Jihan Sarotama | target_folu_net_sink_2030 [2025/07/16 06:22] (current) – [Target FOLU Net Sink 2030] Jihan Sarotama | ||
---|---|---|---|
Line 1: | Line 1: | ||
====== Target FOLU Net Sink 2030 ====== | ====== Target FOLU Net Sink 2030 ====== | ||
- | Program Forestry and Other Land Uses (FOLU) Net Sink 2030 merupakan komitmen ambisius Indonesia untuk menjadikan sektor kehutanan dan penggunaan lahan sebagai penyerap karbon bersih sebesar –140 juta ton CO₂-eq pada tahun 20302. Artinya, sektor ini diharapkan menyerap lebih banyak emisi gas rumah kaca (GRK) daripada yang dilepaskan, menjadikannya tulang punggung pencapaian target Nationally Determined Contributions (NDC) Indonesia sesuai dengan Paris Agreement. Strategi utama FOLU Net Sink terbagi dalam dua pendekatan: pengurangan emisi dan peningkatan serapan karbon. | + | Program |
Untuk mengurangi emisi, Indonesia menargetkan penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan, termasuk pengendalian kebakaran hutan dan lahan gambut. Upaya ini diperkuat melalui pemantauan berbasis data dan penegakan hukum yang responsif, seperti yang dijalankan oleh Tim Kerja FOLU Net Sink Kementerian Kehutanan. Reformasi perizinan, kepastian tenurial, dan sistem pemantauan spasial menjadi instrumen penting dalam mencegah praktik ilegal dan memperkuat tata kelola lingkungan. | Untuk mengurangi emisi, Indonesia menargetkan penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan, termasuk pengendalian kebakaran hutan dan lahan gambut. Upaya ini diperkuat melalui pemantauan berbasis data dan penegakan hukum yang responsif, seperti yang dijalankan oleh Tim Kerja FOLU Net Sink Kementerian Kehutanan. Reformasi perizinan, kepastian tenurial, dan sistem pemantauan spasial menjadi instrumen penting dalam mencegah praktik ilegal dan memperkuat tata kelola lingkungan. | ||
- | Peningkatan serapan karbon dilakukan melalui rehabilitasi hutan, restorasi lahan gambut, dan pengayaan vegetasi di area terdegradasi. Teknik rewetting atau pembasahan kembali lahan gambut dilakukan dengan menyumbat kanal untuk mengembalikan kelembapan alami, yang sangat penting dalam mencegah emisi dari dekomposisi gambut. Revegetasi menggunakan spesies lokal tidak hanya meningkatkan daya serap karbon, tetapi juga mendukung pemulihan ekosistem dan keanekaragaman hayati. Program seperti BRGM (Badan Restorasi Gambut dan Mangrove), RePeat, dan PRIMS (Peatland Restoration Information and Monitoring System) menjadi tulang punggung pelaksanaan restorasi dan pemantauan berbasis spasial. | + | Peningkatan serapan karbon dilakukan melalui rehabilitasi hutan, restorasi lahan gambut, dan pengayaan vegetasi di area terdegradasi. Teknik |
+ | |||
+ | Keberhasilan FOLU Net Sink juga bergantung pada konsistensi lintas kementerian dan daerah, termasuk KLHK, BRGM, dan Kementan, serta integrasi target dalam dokumen NDC Indonesia. Untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas, | ||
- | Keberhasilan FOLU Net Sink juga bergantung pada konsistensi lintas kementerian dan daerah, termasuk KLHK, BRGM, dan Kementan, serta integrasi target dalam dokumen NDC Indonesia. Untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas, | ||
====== Pustaka ====== | ====== Pustaka ====== |