Differences
This shows you the differences between two versions of the page.
| Both sides previous revision Previous revision Next revision | Previous revision | ||
| tumbuhan:jelutung [2023/02/11 04:56] – Yusi Septriandi | tumbuhan:jelutung [Unknown date] (current) – removed - external edit (Unknown date) 127.0.0.1 | ||
|---|---|---|---|
| Line 1: | Line 1: | ||
| - | ====== Jelutung ====== | ||
| - | |||
| - | Jelutung (Dyera sp.) merupakan salah satu jenis tumbuhan yang umum tumbuh di lahan gambut, sehingga menjadi salah satu andalan untuk merehabilitasi ekosistem hutan rawa gambut yang terdegradasi, | ||
| - | |||
| - | ===== Jelutung Rawa ===== | ||
| - | |||
| - | < | ||
| - | |||
| - | Jelutung rawa adalah jenis tanaman asli yang tumbuh di rawa-rawa gambut atau lahan gambut. Jelutung Rawa adalah salah satu jenis pohon lokal unggulan hutan rawa gambut yang memiliki hasil ganda yaitu getah dan kayu yang bernilai ekonomi tinggi, kelasnya hampir mirip kayu Meranti. Jelutung rawa memiliki bentuk daun kecil, daun lebih tebal dan ujung daun melengkuk ke dalam. Jelutung rawa terdapat pada daerah Sumatera dan Kalimantan. Jelutung rawa asal Sumatera dan Kalimantan juga memiliki postur pohon yang berbeda. Postur pohon jelutung rawa asal Sumatera lebih besar dan daun lebih lebar dibandingkan dengan jelutung rawa asal kalimantan. Jelutung rawa berbuah setiap tahun dengan musim raya setiap 2 tahun. Pohon berbunga pada bulan November. Buah matang dan dipanen pada bulan April - Mei. Pergiliran musim buah antar pohon terjadi di sepanjang tahun. | ||
| - | |||
| - | Budidaya jelutung rawa// (Dyera lowii) //dapat dilakukan seperti mengelola kebun karet// (Hevea sp). //Pada umur 6 sampai 30 tahun, pohon jelutung di sadap getahnya, setelah tidak produktif dipanen kayunya. Kayu jelutung dapat digunakan untuk industri papan, kayu lapis dan bubur kayu. Getahnya untuk industri kabel, alat - alat kesehatan, dan permen karet. sedangkan resin yang diekstrak dari getah leutung digunakan dalam industri pernis, kosmetik dan biofarmasi< | ||
| - | |||
| - | Jelutung rawa adapat tumbuh baik di tanah organosol dengan curah hujan tipe A dan B menurut klasifikasi iklim Oldeman. Jenis spesies ini banyak tersebar di Wilayah Aceh, Sumatra Barat, Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur< | ||
| - | |||
| - | ===== Klasifikasi pohon jelutung ===== | ||
| - | |||
| - | Menurut taksonominya, | ||
| - | |||
| - | Kingdom: Plantae | ||
| - | |||
| - | Subkingdom: Tracheobionta | ||
| - | |||
| - | Superdivisi: | ||
| - | |||
| - | Divisi: Magnoliophyta | ||
| - | |||
| - | Kelas: Magnoliopsida | ||
| - | |||
| - | Subkelas: Asteridae | ||
| - | |||
| - | Ordo: Gentianales | ||
| - | |||
| - | Famili: Apocynaceae | ||
| - | |||
| - | Genus: Dyera | ||
| - | |||
| - | Spesies: //Dyera costulaca// | ||
| - | ===== Morfologi ===== | ||
| - | |||
| - | Pohon jelutung memiliki ketinggian hingga 60 meter dan diameter dalam ukuran setinggi dada orang dewasa yaitu 200 cm. Kulit pohon jelutung rawa berwarna abu-abu atau abu-abu kemerahan dengan tekstur licin hingga kasar dengan adanya lentisel. Keunikan pohon ini adalah memiliki akar nafas yang memungkinkannya dapat bertahan hidup di air yang menggenang. Bentuk daunnya lonjong serta ujung daun berlelekuk dan dasar daun runcing dengan ppermukaan bawah daun berwarna hijau keputihan. Kulit batang pohon jelutung berwarna kelabu kehitam-hitaman, | ||
| - | |||
| - | ===== Nilai Ekonomi Jelutung ===== | ||
| - | |||
| - | Jelutung dapat ditanam dengan pola agroforestri, | ||
| - | |||
| - | Perdagangan jelutung mencapai puncaknya sekitar tahun 1910-1930an< | ||
| - | |||
| - | Saat ini, jelutung hanya banyak dibudidayakan untuk digunakan sebagai salah satu tanaman rehabilitasi lahan gambut yang rusak. | ||
| - | |||
| - | {{tag> | ||
| - | |||
| - | ---- | ||
| - | |||
| - | ==== Sumber: ==== | ||
| - | |||
| - | 1. Tata M H L, Bastoni, Sofiyuddin M , Mulyoutami E , Perdana A , Janudianto N[[https:// | ||
| - | |||
| - | 2. [[https:// | ||
| - | |||
| - | 3. [[http:// | ||
| - | |||
| - | 4. Muh. Sofiyuddin, Janudianto: | ||
| - | |||