Hutan gambut rawa Kalimantan menjadi rumah bagi beragam kehidupan akuatik, termasuk banyak jenis ikan. Hutan ini memiliki tanah dan kimia air yang unik - rendah oksigen dan tinggi keasaman. Hanya spesies tertentu yang dapat hidup dalam kondisi asam tersebut, menciptakan ekosistem yang khas dan spesifik untuk rawa gambut.
Meskipun keanekaragaman hayati di habitat ini lebih rendah dibandingkan dengan tanah mineral, spesies unik dan terancam punah hidup di dalamnya dan bergantung pada hutan gambut sepanjang tahun.
Luciocephalus pulcher merupakan salah satu spesies ikan air tawar yang dapat ditemukan pada ekosistem rawa gambut. Genus Luciocephalus memiliki dua anggota spesies yaitu L. aura dan L. pulcher. L. aura dalam IUCN Red-list termasuk dalam kategori Endangered (terancam bahaya) dan tersebar di Sumatra khususnya Palembang dan Jambi. Sedangkan L. pulcher. termasuk kategori Least Concern (LC).
Pada habitat alaminya dapat ditemukan pada air hitam yang merupakan khas rawa gambut, pH 6.0 - 7.5; suhu air 22°C - 26°C . Dalam ekositem ia berperan sebagai predator, sehingga disarankan tidak dipelihara dengan ikan kecil lainnya. Rahangnya mampu terbuka hingga sepertiga panjang tubuhnya. Hanya memakan ikan hidup dan sangat sulit memberi pakan mati. Ia akan diam dan mengamati mangsanya hingga dalam radius lahapannya. Termasuk dalam jenis ikan paternal mouthbrooders (Jantan mengerami telur).
<blockquote>
L. pulcher jantan akan menyimpan telur di dalam mulut selama 30 hari.
</blockquote>
Jantan tidak akan makan selama periode ini. Setelah anakan keluar dari mulut Jantan, anakan harus dipisahkan untuk menghindari menjadi mangsa. Apabila dipelihara dalam kelompok berjumlah 3-5 ekor dengan ukuran yang sama dan dimasukkan secara bersamaan. Hal ini bertujuan untuk menghindari kanabalisme. IUCN Red-list menuliskan bahwa spesies ini masuk dalam kategori Least concern (LC). Hal ini dikarekan sebarannya yang luas diantara Semenanjung Malaya, Sumatra, Kepulauan Riau, Kepulauan Natuna, dan Kalimantan. Namun, habitatnya ini merupakan termasuk dalam area Pembangunan dan konversi menjadi hutan industri serta perkebunan monukultur. Penelitian terhadap populasi, sejarah kehidupan, dan ancamannya diperlukan bersamaan dengan pemantauan tren habitat dan pengembangan rencana pengelolaan berbasis kawasan. Perlindungan lokasi dan habitat juga direkomendasikan. Program pendidikan masyarakat harus dilakukan untuk meningkatkan kesadaran mengenai kerentanan spesies akibat fragmentasi atau modifikasi habitat.
Tinjaun Pustaka