Sosial Masyarakat Gambut Kubu Raya

Kehidupan masyarakat hidup dilahan gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigGambut

<[lahan gambut]Ekosistem Gambut Primer di Laboratorium Alam CIMPTROP, Kalimantan Tengah>

Gambut merupakan material organik yang terbentuk secara alami berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna dengan ketebalan 50 (lima puluh) centimeter atau lebih dan terakumulasi pada areal rawa. Secara harfiah Gambut berasal dari bahasa Banjar untuk menyebut tanah non-mineral yang berasal dari akumulasi bahan organik yang tidak terdekomposisi sempurna pada daerah depresi. Bany…
awalnya membuka lahan dengan membakar, kenapa membakar ? karena tutuan lahan ditempat tinggal mereka adalah kayu besar (pohon) serta bawas seperti pakis, bemban. Profil Masyarakat Lahan Gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigLahan Gambut

Lahan gambut merupakan bagian dari lanskap ekosistem gambut, salah satu ekosistem khas lahan basah yang dimiliki Indonesia. Gambut berasal dari tanah yang terdapat akumulasi sisa-sisa makhluk hidup yang melapuk, mengandung bahan organik >12% dengan ketebalan lebih dari 50 cm
di Kuburaya melakukan budidaya dengan mengolah lahan masih ada membakar lahan dan tidak membakar lahan.

Sosial masyarakat mengarah ke perilaku membakar lahan, apakah bisa berubah atau tidak perilaku tersebut, beberapa faktor sosial masyarakat yang dapat merubah perilaku membakar adalah sebagai berikut : Semakin aktif seseorang dalam mengikuti berbagai kegiatan peyuluhan maka akan meningkatkan ilmu dan pengetahuan seseorang sehingga ia mampu untuk mengatasi permasalahan usahatani, penyerapan materi penyuluhan dan penerapan teknologi dalam kehidupannya dan intensitas prilaku membakar juga dapat diminimalkan. Meskipun demikian p erilaku membakar lahan akan tinggi jika seseorang mempunyai pengetahuan tetapi tidak patuh hukum dan sebaliknya.

selanjutnya Lama bermukim seseorang juga akan mempengaruhi keterbukaan seseorang terhadap pihak luar pada umumnya semakin lama seseorang berada disuatu desa maka keterbukaan terhadap pihak luar akan semakin besar dan sebaliknya. Dengan dengan adanya keterbukaan dengan pihak luar maka semakin banyak informasi/pengetahuan yang diperoleh sehingga akan mengurangi perilaku membakar dan sebaliknya.

Keaktifan gotong royong adalah keterlibatan seseorang dalam setiap kegiatan bersama di d ./Calibri,sans-serif;;black;;white>Tingkat pengetahuan akan berpengaruh terhadap t ingkat imitasi ( respon seseorang meniru perilaku lingkungan sekitar dalam keputusan membakar ) dan p enilaian membakar ( persepsi seseorang) terhadap pembakaran lahan. Perilaku membakar cenderung meningkat jika tingkat pengetahuan rendah yang disebabkan oleh tingkat imitasi yang tinggi dan sebaliknya . Keaktifan seseorang dalam organisasi desaadalah keterlibatan dalam mengikuti setiap pertemuan yang dilakukan oleh organisasi desa yang dilihat dari banyaknyaorganisasi yang diikuti, frekuensi kehadiran dan status KK dalam organisasi dalam setahun. Semakin aktif seseorang dalam mengikuti berbagai organisasi semakin cenderung tidak membakar lahan.

Kosmopolitan adalah tingkat keterbukaan masyarakat terhadap orang luar. Semakin terbuka dengan pihak luar semakin banyak informasi/pengetahuan yang diperoleh sehingga akan mengurangi perilaku membakar dan sebaliknya Tingkat pengetahuan adalah kemampuan seseorang dalam mengatasi permasalahan usahatani, penyerapan materi penyuluhan dan penerapan teknologi. Semakin tinggi pengetahuan masyarakat maka semakin menurun. Tingkat Imitasi adalah respon KK meniru perilaku lingkungan sekitar dalam keputusan membakar. Perilaku membakarlahan akan tinggi jika KK termasuk dalam lingkungan kelompok yang melakukan pembakaran dan sebaliknya. Ketaatan hukum adalah ketaatan seseorang tentang hukum terkait dengan pembakaran lahan. Perilaku membakar lahan tinggi jika seseorang mempunyai pengetahuan tetapi tidak patuh hukum dan sebaliknya.