Program Forestry and Other Land Uses (FOLU) Net Sink 2030 merupakan komitmen ambisius Indonesia untuk menjadikan sektor kehutanan dan penggunaan lahan sebagai penyerap karbon bersih sebesar –140 juta ton CO₂-eq pada tahun 20302. Artinya, sektor ini diharapkan menyerap lebih banyak emisi gas rumah kaca (GRK) daripada yang dilepaskan, menjadikannya tulang punggung pencapaian target Nationally Determined Contributions (NDC) Indonesia sesuai dengan Paris Agreement. Strategi utama FOLU Net Sink terbagi dalam dua pendekatan: pengurangan emisi dan peningkatan serapan karbon.
Untuk mengurangi emisi, Indonesia menargetkan penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan, termasuk pengendalian kebakaran hutan dan lahan gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigLahan Gambut
Lahan gambut merupakan bagian dari lanskap ekosistem gambut, salah satu ekosistem khas lahan basah yang dimiliki Indonesia. Gambut berasal dari tanah yang terdapat akumulasi sisa-sisa makhluk hidup yang melapuk, mengandung bahan organik >12% dengan ketebalan lebih dari 50 cm. Upaya ini diperkuat melalui pemantauan berbasis data dan penegakan hukum yang responsif, seperti yang dijalankan oleh Tim Kerja FOLU Net Sink Kementerian Kehutanan. Reformasi perizinan, kepastian tenurial, dan sistem pemantauan spasial menjadi instrumen penting dalam mencegah praktik ilegal dan memperkuat tata kelola lingkungan.
Peningkatan serapan karbon dilakukan melalui rehabilitasi hutan, restorasi lahan gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigLahan Gambut
Lahan gambut merupakan bagian dari lanskap ekosistem gambut, salah satu ekosistem khas lahan basah yang dimiliki Indonesia. Gambut berasal dari tanah yang terdapat akumulasi sisa-sisa makhluk hidup yang melapuk, mengandung bahan organik >12% dengan ketebalan lebih dari 50 cm, dan pengayaan vegetasi di area terdegradasi. Teknik rewetting atau pembasahan kembali lahan gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigLahan Gambut
Lahan gambut merupakan bagian dari lanskap ekosistem gambut, salah satu ekosistem khas lahan basah yang dimiliki Indonesia. Gambut berasal dari tanah yang terdapat akumulasi sisa-sisa makhluk hidup yang melapuk, mengandung bahan organik >12% dengan ketebalan lebih dari 50 cm dilakukan dengan menyumbat kanal untuk mengembalikan kelembapan alami, yang sangat penting dalam mencegah emisi dari dekomposisi gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigGambut
<[lahan gambut]Ekosistem Gambut Primer di Laboratorium Alam CIMPTROP, Kalimantan Tengah>
Gambut merupakan material organik yang terbentuk secara alami berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna dengan ketebalan 50 (lima puluh) centimeter atau lebih dan terakumulasi pada areal rawa. Secara harfiah Gambut berasal dari bahasa Banjar untuk menyebut tanah non-mineral yang berasal dari akumulasi bahan organik yang tidak terdekomposisi sempurna pada daerah depresi. Bany…. Revegetasi menggunakan spesies lokal tidak hanya meningkatkan daya serap karbon, tetapi juga mendukung pemulihan ekosistem dan keanekaragaman hayati. Program seperti BRGM (Badan Restorasi Gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigGambut
<[lahan gambut]Ekosistem Gambut Primer di Laboratorium Alam CIMPTROP, Kalimantan Tengah>
Gambut merupakan material organik yang terbentuk secara alami berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna dengan ketebalan 50 (lima puluh) centimeter atau lebih dan terakumulasi pada areal rawa. Secara harfiah Gambut berasal dari bahasa Banjar untuk menyebut tanah non-mineral yang berasal dari akumulasi bahan organik yang tidak terdekomposisi sempurna pada daerah depresi. Bany… dan Mangrove), RePeat, dan PRIMS (Peatland Restoration Information and Monitoring System) menjadi tulang punggung pelaksanaan restorasi dan pemantauan berbasis spasial.
Keberhasilan FOLU Net Sink juga bergantung pada konsistensi lintas kementerian dan daerah, termasuk KLHK, BRGM, dan Kementan, serta integrasi target dalam dokumen NDC Indonesia. Untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas, teknologi MRV (Monitoring, Reporting, Verification) digunakan sebagai sistem pelaporan berbasis data yang terstandarisasi9. MRV memungkinkan pengukuran capaian mitigasi secara akurat dan menjadi dasar verifikasi untuk sertifikasi penurunan emisi GRK. Dengan dukungan internasional seperti dari Norwegia dan BRICS melalui skema pendanaan inovatif seperti Tropical Forest Forever Facility (TFFF), Indonesia memperkuat posisi globalnya dalam konservasi hutan tropis dan pengendalian perubahan iklim.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2022). Strategi pencapaian Indonesia’s FOLU Net Sink 2030. Retrieved from https://www.menlhk.go.id/program/folu-net-sink/
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2021). Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 98 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon. Retrieved from https://kehutanan.go.id/program/INDONESIA-FOLU-NET-SINK-2030
Keluarga Mahasiswa Manajemen Hutan UGM. (2023, April 29). Strategi Indonesia dalam Mencapai Target FOLU Net Sink 2030. Retrieved from https://kmmh.fkt.ugm.ac.id/2023/04/29/strategi-indonesia-dalam-mencapai-target-folu-net-sink-2030/
Klik Hijau. (2022). Apa itu FOLU Net Sink 2030?. Retrieved from https://klikhijau.com/apa-itu-folu-net-sink-2030/
Pusat Data dan Informasi KLHK. (2022). Indonesia FoLU Net Sink 2030. Retrieved from https://pdasrh.menlhk.go.id/newsdetail.php?id=384-Indonesia-FoLU-Net-Sink-2030