Differences
This shows you the differences between two versions of the page.
Both sides previous revision Previous revision Next revision | Previous revision | ||
ekosistem:gambut [2023/02/03 01:26] – Yusi Septriandi | ekosistem:gambut [2023/06/24 04:48] (current) – Ahwansah Putra | ||
---|---|---|---|
Line 1: | Line 1: | ||
====== Gambut ====== | ====== Gambut ====== | ||
+ | |||
+ | < | ||
Gambut merupakan material organik yang terbentuk secara alami berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna dengan ketebalan 50 (lima puluh) centimeter atau lebih dan terakumulasi pada areal rawa. Secara harfiah Gambut berasal dari bahasa Banjar untuk menyebut tanah non-mineral yang berasal dari akumulasi bahan organik yang tidak terdekomposisi sempurna pada daerah depresi. Banyak istilah lokal yang digunakan untuk menyebut tanah gambut, di antaranya paya' dan sepo' yang keduanyan masing-masing berasal dari bahasa Dayak dan Melayu Kalimantan Barat. Sejumlah lembaga penelitian juga mempunyai definisi tersendiri untuk membedakan antara gambut dengan tanah mineral. | Gambut merupakan material organik yang terbentuk secara alami berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna dengan ketebalan 50 (lima puluh) centimeter atau lebih dan terakumulasi pada areal rawa. Secara harfiah Gambut berasal dari bahasa Banjar untuk menyebut tanah non-mineral yang berasal dari akumulasi bahan organik yang tidak terdekomposisi sempurna pada daerah depresi. Banyak istilah lokal yang digunakan untuk menyebut tanah gambut, di antaranya paya' dan sepo' yang keduanyan masing-masing berasal dari bahasa Dayak dan Melayu Kalimantan Barat. Sejumlah lembaga penelitian juga mempunyai definisi tersendiri untuk membedakan antara gambut dengan tanah mineral. | ||
- | Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 71 tahun 2014, gambut didefinisikan sebagai material organik yang terbentuk secara alami dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna dan terakumulasi pada rawa. Berdasarkan Soil Survey Staff (2014), tanah organik didefinisikan sebagai gambut apabila memiliki ketebalan bahan organik dengan ciri sebagai berikut: (1) 60 cm atau lebih jika 3/4 volume tanah adalah serat kasar atau jika nilai bobot isi tanah kurang dari 0,1 g.cm-3 ; atau (2) 40 cm atau lebih jika bahan saprik atau hemik, atau fibrik jika kurang dari 3/4 adalah bahan kasar dan nilai bobot isi 0,1 g.cm-3 atau lebih. Sementara itu berdasarkan PP No 57 Tahun 2016, gambut adalah material organik yang terbentuk secara alami dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna dengan ketebalan 50 (lima puluh) sentimeter atau lebih dan terakumulasi pada rawa. Adapula sistem Klasifikasi Tanah Nasional yang dikeluarkan oleh Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian, Sistem Klasifikasi WRB/FAO UNESCO dan lain-lain yang memiliki definisi tertentu untuk mengistilahkan gambut. | + | Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 71 tahun 2014< |
- | Dalam sains geografi dan kebumian, gambut dikenal juga dengan istilah | + | Dalam sains geografi dan kebumian, gambut dikenal juga dengan istilah |
- | Gambut yang tersebar di Indonesia terbentuk dari sisa-sisa biomassa tumbuhan yang sudah mati namun tidak melapuk dengan sempurna. Jika tanah gambut diremas dengan tangan, maka yang terasa adalah tekstur yang lunak, basah namun tidak lengket. Pada tanah gambut yang belum mengalami pelapukan sempurna, kita akan menjumpai ranting, cabang dan sisa-sisa daun yang masih utuh. Usia gambut bisa mencapai ratusan bahkan ribuan tahun. Tanah gambut dapat dijumpai di daerah rawa-rawa tergenang air yang disebut lahan rawa gambut. Lahan gambut merupakan ekosistem lahan basah yang tergenang air hampir sepanjang tahun. Air tersebut berasal dari proses luapan air sungai atau dari air hujan yang tidak dapat mengalir ke sungai. Lahan gambut sebagian masih berupa hutan, atau disebut hutan rawa gambut. Namun ada juga lahan gambut yang sudah dimanfaatkan menjadi lahan pertanian. | + | ===== ===== |
- | Tanah gambut dapat dijumpai di daerah rawa-rawa tergenang air yang disebut lahan gambut. Lahan gambut merupakan ekosistem lahan basah yang tergenang air hampir sepanjang tahun. Air tersebut timbul dari proses luapan air sungai atau dari air hujan yang tidak dapat mengalir ke sungai. Lahan gambut sebagian masih berupa hutan, atau disebut hutan rawa gambut. Namun ada juga lahan gambut yang sudah dimanfaatkan menjadi lahan pertanian. | + | ===== Pembentukan Gambut ===== |
- | Di seluruh dunia, tanah gambut hanya dapat dijumpai di beberapa wilayah yang tersebar di daerah | + | Gambut terbentuk dari sisa tumbuhan dan hewan yang telah mati ribuan tahun yang lalu. Lahan gambut yang kita jumpai sekarang sebenarnya adalah tanah biasa, yang berbentuk cekungan dan berada di antara dua sungai, atau di antara sungai dan laut. Karena berbentuk cekungan, air sungai atau laut selalu menggenangi cekungan tersebut. Akibatnya sisa tumbuhan dan hewan tidak dapat terurai dengan baik, karena air mencegah bakteri dan mikroorganisme menguraikan sisa-sisa tumbuhan tersebut. Sisa tumbuhan dan hewan yang tidak dapat terurai, makin lama makin menumpuk dan akhirnya membuat lapisan baru yang disebut gambut. Lapisan baru tersebut kemudian ditumbuhi tanaman kembali dan proses yang sama pun terulang lagi hingga terbentuk sebuah gundukan atau disebut kubah gambut. |
+ | |||
+ | Pembentukan [[https:// | ||
+ | |||
+ | ===== | ||
+ | |||
+ | ===== Sebaran Gambut di Indonesia ===== | ||
+ | |||
+ | Di seluruh dunia, tanah gambut hanya dapat dijumpai di beberapa wilayah yang tersebar di daerah | ||
+ | |||
+ | ===== | ||
+ | |||
+ | ===== Tanah Gambut dan Tanah Bergambut ===== | ||
+ | |||
+ | Masih berdasarkan definisinya. Disebut tanah gambut jika ketebalan gambut diatas 50cm dan disebut tanah bergambut jika ketebalannya kurang dari 50cm. Tanah gambut umumnya memiliki kesuburan yang rendah, ditandai dengan pH rendah (masam), ketersediaan sejumlah unsur hara makro (K, Ca, Mg, P) dan mikro (Cu, Zn, Mn, dan B) yang rendah, mengandung asam-asam organik yang beracun, serta memiliki Kapasitas Tukar Kation (KTK) yang tinggi tetapi Kejenuhan Basa (KB) rendah. KTK yang tinggi dan KB yang rendah menyebabkan pH rendah dan sejumlah pupuk yang diberikan ke dalam tanah relatif sulit diambil oleh tanaman< | ||
+ | |||
+ | ===== Perbedaan Gambut dan Rawa ===== | ||
+ | |||
+ | Lahan rawa adalah lahan darat yang tergenang secara periodik atau terus menerus secara alami. Genangan lahan rawa dapat disebabkan oleh pasangnya air laut, genangan air hujan, atau luapan air sungai. Berdasarkan penyebab genangannya, | ||
+ | |||
+ | ===== Fungsi Gambut ===== | ||
+ | |||
+ | Gambut memiliki berbagai fungsi, mulai dari ekologis, sosial, ekonomi dan budaya. Sebagai fungsi ekologis, gambut dapat berpean seperti spons, yang dapat menyerap air saat musim hujan sehingga menghindari banjir dan tanah longsor, sedangkan pada musim penghujan ia akan menyediakan cadangan air. Gambut Indonesia juga menyerap 30% CO2 yang ada di dunia. Sehingga dapat dikatakan, gambut berperan dalam mencegah peningkatan suhu global penyebba global warming. Gambut juga menjadi salah satu sumber makanan, salah satunya [[: | ||
+ | |||
+ | Pengelolaan gambut ini hanya dapat dilakukan di area budidaya, dan dilakukan secara berkelanjuan sebagaimana telah diatur dalam berbagai peraturan. | ||
+ | |||
+ | {{youtube> | ||
+ | |||
+ | ===== ===== | ||
---- | ---- | ||
- | < | ||
- | [[https:// | + | ==== Sumber ==== |
- | < | + | |
+ | 1. [[https:// | ||
+ | |||
+ | 2. [[http:// | ||
+ | |||
+ | 3.[[https:// | ||
+ | < | ||
+ | < | ||
{{tag> | {{tag> | ||