peatland_talks_generasi_muda_bicara_gambut

Differences

This shows you the differences between two versions of the page.

Link to this comparison view

Both sides previous revision Previous revision
Next revision
Previous revision
peatland_talks_generasi_muda_bicara_gambut [2025/02/06 10:37] Rabbirl Yarham Mahardikapeatland_talks_generasi_muda_bicara_gambut [2025/02/06 10:45] (current) Rabbirl Yarham Mahardika
Line 13: Line 13:
 ===== GAGASAN ===== ===== GAGASAN =====
  
-====    FABA (Fly Ash and Bottom Ash)    ====+==== FABA (Fly Ash and Bottom Ash) ====
  
 \\ \\
Line 31: Line 31:
  <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>Integrasi seluruh elemen sistem ini dapat meningkatkan efisiensi pengelolaan sumber daya pertanian, seperti air dan bahan organik, serta memaksimalkan produktivitas tanaman. Teknologi IoT dan pintu air otomatis mempermudah pengendalian irigasi dan memungkinkan penyesuaian aliran air dengan presisi yang lebih tinggi, yang mengurangi pemborosan air dan meningkatkan hasil pertanian. Pemanfaatan FABA tidak hanya memberikan manfaat bagi tanah dengan meningkatkan kesuburan dan struktur tanah, tetapi juga mendukung pengelolaan limbah secara berkelanjutan. FABA, sebagai limbah hasil pembakaran batu bara, dapat dimanfaatkan dalam sektor pertanian, mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Sistem pertanian terpadu ini, yang menggabungkan irigasi Surjan, FABA, teknologi otomatis, dan IoT, menawarkan potensi untuk pertanian yang lebih efisien dan berkelanjutan, khususnya pada lahan gambut, serta mendukung peningkatan hasil pertanian dalam proyek Food Estate</font>  <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>Integrasi seluruh elemen sistem ini dapat meningkatkan efisiensi pengelolaan sumber daya pertanian, seperti air dan bahan organik, serta memaksimalkan produktivitas tanaman. Teknologi IoT dan pintu air otomatis mempermudah pengendalian irigasi dan memungkinkan penyesuaian aliran air dengan presisi yang lebih tinggi, yang mengurangi pemborosan air dan meningkatkan hasil pertanian. Pemanfaatan FABA tidak hanya memberikan manfaat bagi tanah dengan meningkatkan kesuburan dan struktur tanah, tetapi juga mendukung pengelolaan limbah secara berkelanjutan. FABA, sebagai limbah hasil pembakaran batu bara, dapat dimanfaatkan dalam sektor pertanian, mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Sistem pertanian terpadu ini, yang menggabungkan irigasi Surjan, FABA, teknologi otomatis, dan IoT, menawarkan potensi untuk pertanian yang lebih efisien dan berkelanjutan, khususnya pada lahan gambut, serta mendukung peningkatan hasil pertanian dalam proyek Food Estate</font>
  
-=====   =====+---- 
 + 
 +===== Materi 2. Ratu Nabillah, M.Sc. ===== 
 + <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>**Dinamika Ekosistem Perkebunan Kelapa sebagai Sumber Penghidupan Utama Masyarakat Indragiri Hilir, Riau**\\ 
 +Ratu Nabillah, M.Sc., dari Tay Juhana Foundation, mengemukakan dinamika ekosistem perkebunan kelapa sebagai sumber penghidupan utama bagi masyarakat di Indragiri Hilir, Riau. Perkebunan kelapa di daerah ini memiliki peran penting dalam mendukung ekonomi lokal dan menyokong mata pencaharian masyarakat pesisir Timur Sumatera. Selain memberikan pendapatan, ekosistem kelapa juga berkontribusi terhadap pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.</font> 
 + <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>Pada tahun 2020, Filipina menggantikan Indonesia sebagai produsen kelapa terbesar di dunia, dengan total produksi kopra mencapai 3,18 juta ton atau sekitar 27% dari total produksi kelapa dunia. Meskipun demikian, Indonesia tetap menjadi salah satu penghasil utama kelapa, dengan Provinsi Riau menyumbang sekitar 11,39% dari produksi kelapa nasional, yang setara dengan sekitar 350 ribu ton per tahun. Dari jumlah tersebut, Kabupaten Indragiri Hilir berkontribusi sekitar 77,21%, yaitu sekitar 270 ribu ton.</font> 
 + <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>Indragiri Hilir tidak hanya bergantung pada kelapa sebagai komoditas utama, tetapi juga memiliki potensi untuk mengembangkan sumber daya alam lainnya melalui sistem agroforestri dan budidaya pekarangan. Selain kelapa, beberapa tanaman pangan potensial yang dapat dikembangkan di daerah ini meliputi padi, jagung, singkong sebagai sumber karbohidrat, serta buah-buahan seperti nanas, pisang, dan pinang. Tanaman sayuran seperti bayam, kangkung, okra, kacang panjang, dan daun singkong juga dapat dibudidayakan sebagai bagian dari upaya diversifikasi produksi pangan.</font> 
 + 
 +---- 
 + <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>Beberapa faktor yang mendukung keberhasilan diversifikasi tanaman pangan di Indragiri Hilir adalah siklus panen kelapa yang relatif singkat, yaitu 2,5 hingga 3 bulan, yang memungkinkan untuk menanam tanaman sela. Selain itu, ketersediaan pekarangan untuk mendukung diversifikasi produk pertanian dan skema sewa lahan dari industri swasta juga memperkuat potensi pengembangan tanaman pangan lain di daerah ini. Pengetahuan dan keterampilan masyarakat yang sudah terbiasa dengan praktik pertanian juga menjadi faktor pendukung dalam pengembangan budidaya tanaman selain kelapa. Dengan langkah-langkah ini, Indragiri Hilir dapat memperkuat ketahanan pangan dan meningkatkan keberagaman ekonomi berbasis pertanian.</font> 
 + <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>Identifikasi permasalahan dalam aspek lahan dan lingkungan di kawasan ini mencakup beberapa faktor yang berkontribusi pada degradasi ekosistem dan keberlanjutan pertanian. Salah satunya adalah ketidakberadaan tanggul dan keberadaan mangrove yang sangat penting dalam melindungi pesisir dari intrusi air laut. Tanpa perlindungan ini, kawasan pesisir rentan terhadap dampak dari naiknya permukaan laut, yang dapat merusak ekosistem pesisir dan lahan pertanian. Selain itu, pengolahan lahan gambut yang dilakukan oleh masyarakat terdahulu dengan cara dibakar telah menyebabkan kerusakan yang mendalam pada struktur tanah, meningkatkan emisi karbon, dan memperburuk potensi kebakaran lahan di masa depan. Penggunaan herbisida untuk membasmi gulma di lahan gambut juga telah menambah tingkat kerusakan lingkungan yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem lokal.</font> 
 + 
 +---- 
 + <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>Di sisi manusia, terdapat masalah terkait dengan karakteristik "Kebun Rakyat", yang sering kali mengakibatkan petani membentuk kelompok kecil yang tersebar. Hal ini mengurangi efektivitas penerapan solusi kolektif yang dapat mengatasi tantangan yang lebih besar dalam sektor pertanian. Petani juga sering kali memiliki keterbatasan dalam memilih kelembagaan yang dapat mendukung keberlanjutan ekosistem pertanian mereka, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kelangsungan praktik pertanian yang ramah lingkungan. Selain itu, menurunnya kelayakan ekonomi dalam sektor pertanian kelapa, disebabkan oleh berbagai masalah terkait produktivitas dan pasar, berujung pada berkurangnya minat generasi muda untuk menjadi petani kelapa. Hal ini memperburuk kondisi regenerasi petani di daerah tersebut.</font> 
 + <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>Aspek sistem juga menunjukkan tantangan yang signifikan dalam pengelolaan sistem agri-food yang kompleks. Salah satunya adalah belum teridentifikasinya "titik-titik" persimpangan dalam sistem tersebut, yang penting untuk merespons dinamika yang terjadi dalam implementasi sistem pertanian. Tanpa adanya analisis yang jelas tentang pola inti dalam sistem ini, akan sulit untuk mengantisipasi guncangan yang dapat mempengaruhi keberlanjutan ekosistem dan produktivitas pertanian di masa depan. Hal ini menjadi hambatan utama dalam menciptakan sistem pertanian yang adaptif dan resilien terhadap berbagai gangguan eksternal, seperti perubahan iklim atau tekanan pasar.</font> 
 + 
 +---- 
 + <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>Perkebunan kelapa telah menjadi bagian integral dalam kehidupan masyarakat Indragiri Hilir, tidak hanya sebagai sumber penghidupan ekonomi, tetapi juga sebagai bagian dari nilai sosial, budaya, dan tradisi yang terus diwariskan dari generasi ke generasi. Tradisi ini telah mengakar kuat dalam kehidupan sehari-hari, dengan kelapa menjadi komoditas utama yang berperan penting dalam menjaga kesejahteraan masyarakat setempat. Oleh karena itu, keberlanjutan perkebunan kelapa sangat terkait dengan identitas dan kearifan lokal yang telah lama berkembang di wilayah ini.</font> 
 + <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>Dari sisi lingkungan, kawasan pesisir dan rawa pasang surut yang dominan di Indragiri Hilir menciptakan kondisi alam yang sangat mendukung pertumbuhan dan agronomi kelapa. Tanah gambut yang khas di wilayah ini memiliki karakteristik yang sesuai untuk budidaya kelapa, dengan kelembaban dan suhu yang stabil, yang sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman kelapa.</font> 
 + 
 +---- 
 + <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>Keberadaan kawasan ini tidak hanya memberikan keuntungan ekologis, tetapi juga mendukung keberlanjutan pertanian kelapa dalam jangka panjang.</font> 
 + <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>Selain itu, keberadaan industri pengolahan kelapa sebagai pembeli tetap memperkuat aspek ekonomi yang mendukung sistem sosial-budaya masyarakat. Permintaan yang stabil dari industri pengolahan kelapa memastikan bahwa hasil panen petani dapat terjual dengan harga yang wajar, yang pada gilirannya mendorong masyarakat untuk mempertahankan kebun kelapa sebagai penggunaan lahan utama. Keberadaan pasar yang terus berkembang memberikan insentif tambahan bagi petani untuk terus mengelola kebun kelapa mereka, menciptakan keterkaitan erat antara ekonomi dan aspek sosial budaya dalam mempertahankan keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat Indragiri Hilir.</font> 
 + 
 +---- 
 + <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>Membangun resiliensi di tengah berbagai ancaman, baik dari perubahan iklim, kerusakan ekosistem, maupun ketidakstabilan sosial dan ekonomi, memerlukan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan. Keseimbangan antara aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi harus dijaga untuk memastikan bahwa setiap komponen saling mendukung dalam upaya mencapai ketahanan jangka panjang.</font> 
 + <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>Secara lingkungan, pemeliharaan ekosistem yang sehat melalui konservasi lahan, pengelolaan sumber daya alam yang bijaksana, dan mitigasi dampak perubahan iklim menjadi kunci. Sementara itu, secara sosial, penting untuk memperkuat kapasitas masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, serta pemberdayaan untuk adaptasi terhadap perubahan yang terjadi.</font> 
 + <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>Di sisi ekonomi, pembangunan yang inklusif dan berbasis pada keberlanjutan dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang mendukung ketahanan ekonomi masyarakat. Hal ini tidak hanya akan mengurangi ketergantungan pada satu komoditas atau sektor, tetapi juga memberikan peluang diversifikasi ekonomi yang lebih stabil.</font> 
 + <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>Dengan adanya keseimbangan ini, masyarakat dan lingkungan akan lebih mampu bertahan menghadapi berbagai tantangan yang ada, serta dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi secara dinamis dan berkelanjutan.</font> 
 + 
 +---- 
 + 
 +=====  Materi 3. Muhammad Diki, S.E   ===== 
 + <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>Pengelolaan lahan gambut yang berkelanjutan sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan mencegah kerusakan yang lebih parah akibat konversi lahan. Lahan gambut memiliki peran vital dalam penyimpanan karbon dan mendukung keanekaragaman hayati. Namun, perubahan penggunaan lahan yang tidak terkendali, seperti pembukaan lahan untuk perkebunan dan pembakaran, dapat menyebabkan degradasi yang merugikan bagi lingkungan.</font> 
 + 
 +---- 
 + <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>**Pertanian:** Pertanian di kawasan rawa gambut di Indonesia, khususnya di wilayah seperti Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), memanfaatkan berbagai tanaman semusim dan tanaman perennials. Di antaranya adalah padi tabur, jagung, umbi-umbian, sayuran, serta tanaman obat keluarga (TOGA). Praktik pertanian ini seringkali memanfaatkan lahan bekas terbakar, dan kondisi tanah gambut yang telah terdegradasi menjadi tantangan utama yang perlu dihadapi oleh para petani.</font> 
 + <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>**Perkebunan:** Selain pertanian semusim, kegiatan perkebunan di lahan gambut juga sangat umum dilakukan. Tanaman monokultur dan agroforestri seperti kelapa, pinang, karet, kelapa sawit, jengkol, petai, pisang, dan kopi Liberica merupakan jenis tanaman yang banyak dibudidayakan di daerah-daerah tersebut. Meskipun banyak dari tanaman ini memerlukan perhatian ekstra terkait manajemen air dan keberlanjutan lahan gambut, perkebunan ini menjadi salah satu sumber pendapatan utama bagi masyarakat lokal.</font> 
 + <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>**Perikanan dan Peternakan:** Selain sektor pertanian dan perkebunan, sektor perikanan dan peternakan juga memberikan kontribusi signifikan bagi masyarakat di sekitar kawasan rawa gambut. Peternakan seperti kerbau rawa, sapi, kambing, ayam, dan entok, serta perikanan dengan komoditas ikan bandeng, kepiting, dan udang, turut mendukung keberlanjutan ekonomi lokal.</font> 
 + 
 +---- 
 + <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>**Padi Tabur:** Padi tabur merupakan salah satu teknik pertanian tradisional yang digunakan masyarakat di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), khususnya pada lahan rawa gambut bekas terbakar. Teknik ini dikenal dengan nama "besonor," di mana benih padi ditebarkan secara langsung ke atas lahan tanpa melalui pengolahan tanah lebih lanjut. Praktik ini, meskipun sederhana, cukup efektif untuk menghasilkan padi dalam waktu singkat. Namun, tantangan utama dari metode ini adalah rendahnya hasil yang didapatkan akibat ketergantungan pada kondisi alam dan ketersediaan air yang terbatas.</font> 
 + <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>**Besonor:** Besonor adalah teknik budidaya padi yang dilakukan pada lahan rawa gambut bekas terbakar. Dalam kegiatan besonor, benih padi hanya dihujankan di atas lahan tanpa pengolahan tanah, dan kemudian lahan tersebut dibiarkan tanpa pemeliharaan intensif. Setelah empat bulan, petani kembali ke lahan untuk memanen padi yang tumbuh secara alami. Meskipun metode ini membutuhkan sedikit perawatan, dampak dari kebakaran lahan gambut dan minimnya pemeliharaan mengurangi produktivitasnya dan berpotensi merusak kualitas tanah dalam jangka panjang.</font> 
 + <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>**Pemanfaatan Lahan Pertanian:** Dengan adanya kegiatan pertanian dan perkebunan yang intensif, penting bagi masyarakat untuk mempertimbangkan pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Konservasi gambut dan pengurangan praktik pembakaran lahan yang terus-menerus harus menjadi prioritas agar tanah gambut tetap mampu memberikan hasil pertanian yang baik dan tidak mengalami degradasi lebih lanjut.</font> 
 + 
 +---- 
 + <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>**Gulo Puan dan Susu Kerbau: Warisan Budaya dan Ekonomi di Rawa Pampangan**</font> 
 + <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>Di Rawa Pampangan, wilayah yang kaya akan potensi alam, terdapat produk lokal yang memiliki nilai historis dan budaya yang tinggi, salah satunya adalah **gulo puan**. Gulo puan, sejenis gula yang terbuat dari nira kelapa, masih tetap diproduksi dan menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat meskipun era Kesultanan Palembang telah berakhir. Sampai saat ini, gulo puan dapat dinikmati oleh masyarakat umum dengan harga sekitar Rp 80.000 per kilogram, sebagai warisan kuliner yang terus dilestarikan.</font> 
 + <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>Selain gulo puan, **susu kerbau** menjadi produk unggulan lain dari kawasan ini, yang juga memiliki kedalaman sejarah dan makna budaya. Kerbau rawa di daerah ini bukan hanya memiliki nilai ekonomi, tetapi juga melambangkan kesetiaan pada Sultan Palembang. Kerbau-kerbau ini merupakan keturunan dari kerbau milik Sultan Palembang yang dibawa dari India pada zaman dahulu. Keberadaan kerbau-kerbau tersebut di desa tersebut tetap melestarikan nilai-nilai sejarah dan budaya, serta memberikan kontribusi penting dalam bidang ekonomi lokal.</font> 
 + <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>**Kerbau Rawa dan Pemeliharaan Tradisional:** Kerbau rawa di kawasan ini memiliki peranan yang lebih dari sekedar sebagai hewan ternak. Mereka berfungsi sebagai simbol kesetiaan masyarakat kepada Sultan Palembang, yang mewariskan tradisi pemeliharaan kerbau. Keberadaan mereka mendukung sektor perikanan dan pertanian melalui penggunaan tenaga kerja untuk membajak sawah atau digunakan dalam kegiatan lainnya. Selain itu, susu kerbau rawa ini juga digunakan untuk berbagai produk olahan, yang memiliki nilai jual tinggi di pasar lokal.</font> 
 + <font 16px/Arial,Helvetica,sans-serif;;inherit;;inherit>Dengan demikian, **Rawa Pampangan** bukan hanya sebuah kawasan rawa yang kaya akan sumber daya alam, tetapi juga sebuah tempat yang menyimpan tradisi dan budaya yang masih terjaga hingga kini. Produk-produk seperti gulo puan dan susu kerbau menjadi contoh nyata bagaimana tradisi dan ekonomi lokal bisa berjalan seiring sejalan, melestarikan warisan budaya, dan sekaligus memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat.</font>
  
  
  • peatland_talks_generasi_muda_bicara_gambut.1738838229.txt.gz
  • Last modified: 2025/02/06 10:37
  • by Rabbirl Yarham Mahardika