This shows you the differences between two versions of the page.
| Both sides previous revision Previous revision Next revision | Previous revision |
| satwa:upaya_konservasi_kerbau_pampangan [2022/12/03 05:31] – Kontributor 47 | satwa:upaya_konservasi_kerbau_pampangan [Unknown date] (current) – removed - external edit (Unknown date) 127.0.0.1 |
|---|
| ====== Upaya Konservasi Kerbau Pampangan ====== | |
| |
| Kerbau Pampangan adalah Plasma Nutfah Asli Sumatera Selatan dan telah ditetapkan sebagai rumpun lokal Indonesia (SK Kementan no.694/Kpts/PD.410/2/2013). Pampangan adalah nama Kecamatan di Kabupaten OKI yang menurut sejarahnya adalah tempat penggembalaan kerbau-kerbau yang didatangkan dari India dan dipelihara di Pulau Kuro untuk diambil susunya dan diolah menjadi gulo puan yang merupakan makanan khas bagi Istana Kesultanan Palembang pada masa itu (Mongabay.co.id) Kerbau ini kemudian berkembang biak dan tersebar diwilayah kecamatan sekitarnya seperti Pangkalan Lampam, Tulung Selapan, Kecamatan Rambutan di Kabupaten Banyuasin bahkan mencapai Kabupaten Ogan Ilir. Secara budaya, ternak kerbau ini juga dikenal sebagai alat bantu untuk membajak sawah dan penarik gerobak di pedesaan Sumatera Selatan. | |
| |
| Sayangnya, usaha budidaya Kerbau Pampangan ini mengalami penurunan produktivitas yang diakibatkan oleh sistem budidaya yang masih bersifat tradisional, terjadinya perkawinan sedarah, berkurangnya lahan penggembalaan serta rendahnya adopsi inovasi dan teknologi. Hal ini mengakibatkan terjadi penurunan produktivitas dan populasi Kerbau Pampangan secara nyata. Berdasarkan data BPS Kabupaten OKI diperoleh data populasi Kerbau di Kecamatan Pampangan pada tahun 2017 adalah 5,418 ekor dan belum diperbaharui lagi tetapi berdasarkan kondisi terkini dipercaya bahwa jumlahnya jauh menurun dari angka tersebut. Hal tersebut diperparah dengan kasus kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) diwilayah penggembalaan Kerbau Pampangan beberapa tahun lalu yang mengakibatkan kerbau kesulitan mendapatkan pakan sehingga banyak peternak yang terpaksa menjual kerbaunya dan sebagian lagi ditemukan tewas karena kurang makan (komunikasi pribadi, 2019). | |
| |
| |