ekosistem:vegetasi_gambut

Vegetasi Gambut

Vegetasi merupakan penyusun ekosistem gambut yang utama selain tanah dan hidrologi. Interaksi yang erat terjadi diantara sesama individu penyusun vegetasi dengan organisme lainnya, sehingga menghasilkan suatu sistem yang dinamis. Pada ekosistem gambut primer, vegetasi gambut didominasi oleh beragam jenis pohon asli (indigeneous species) yang membentuk tegakan hutan rawa gambut (HRG). Pada formasi HRG Sumatera ditemukan 83 species pohon, 56 genera dan 36 famili (Wardani et al., 2018). Jenis-jenis pohon yang terkenal adalah Ramin (Gonystylus bancanus), Jelutung Rawa (Dyera lowii), Meranti Rawa (Shorea spp.), Bintangur (Callophyllum spp.), Terentang (Camnosperma macrophylla), Punak (Tetrameristra glabra), Kempas (Koompassia malaccensis), Medang (Alseodaphne spp.).

hutanrawagambut.jpg

Perubahan vegetasi gambut dapat terjadi akibat penebangan hutan, kebakaran dan konversi lahan untuk penggunaan lain. Penebangan pohon pada HRG, baik legal maupun ilegal, hanya akan menurunkan kerapatan tegakan, komposisi jenis relatif tidak berubah. Kerusakan akibat penebangan hutan bersifat sementara dan akan dapat pulih kembali. Pada hutan bekas tebangan muncul vegetasi bawah yang didominasi oleh pakis-pakisan pada lantai hutan. Kebakaran hutan adalah penyebab utama hilangnya jenis-jenis pohon asli penyusun hutan rawa gambut karena tanah gambut yang menjadi tempat akar berjangkar turut terbakar. Hampir seluruh pohon tumbang kemudian mati. Suksesi alami pasca kebakaran biasanya didominasi oleh melimpahnya jenis-jenis vegetasi bawah seperti pakis-pakisan (Stenochlaena palustris, Nephrolepsis exaltata, Pteridium sp.), rumput kumpai (Hymenachine amplexicaulis), purun (Eleocharis dulcis). Dominasi vegetasi bawah tergantung dari kedalaman gambut dan kedalaman genangan air pada areal bekas terbakar.

Suksesi alami strata pohon didominasi oleh jenis-jenis pohon jenis pionir, seperti Gelam (Melaleuca cajuputi ssp.), Geronggang (Cratoxylum glaucum), Beriang (Ploiarum alternifolium) dan Perepat (Combretocarpus rotundatus), Mahang (Macaranga pruinosa). Di beberapa wilayah di Muba dan OKI muncul suksesi alami jenis Tembesu (Fragraea fragrans), dan Pulai (Alstonia scholaris). Konversi lahan gambut untuk hutan tanaman dan perkebunan kelapa sawit adalah bentuk aktivitas yang makin menghilangkan keberadaan jenis-jenis vegetasi asli gambut. Aktivitas tersebut secara nyata menurunkan keanekaragaman hayati. Lahan digunakan untuk budidaya tanaman monokultur dalam hamparan yang sangat luas. Untuk mengembalikan jenis-jenis vegetasi asli gambut tersebut perlu dilakukan penataan ruang yang mengalokasikan sebagian lahan gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigLahan Gambut

Lahan gambut merupakan bagian dari lanskap ekosistem gambut, salah satu ekosistem khas lahan basah yang dimiliki Indonesia. Gambut berasal dari tanah yang terdapat akumulasi sisa-sisa makhluk hidup yang melapuk, mengandung bahan organik >12% dengan ketebalan lebih dari 50 cm
sebagai habitat untuk flora dan fauna asli gambut. Pengelolaan lahan gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigLahan Gambut

Lahan gambut merupakan bagian dari lanskap ekosistem gambut, salah satu ekosistem khas lahan basah yang dimiliki Indonesia. Gambut berasal dari tanah yang terdapat akumulasi sisa-sisa makhluk hidup yang melapuk, mengandung bahan organik >12% dengan ketebalan lebih dari 50 cm
berbasis kesatuan hidrologis gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigKesatuan Hidrologis Gambut

Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) merupakan sebuah ekosistem gambut yang berada di antara dua sungai dan/atau di antara sungai dan laut dan/atau pada genangan ataupun kawasan rawa. Kawasan KHG memiliki fitur kubah gambut. Artinya, karena letak datarannya lebih tinggi dibandingkan daerah sekitarnya, maka secara alamiah dapat menampung dan menyimpan air lebih banyak dan memasok air ke daerah sekelilingnya. Klasifikasi KHG dipecah menjadi dua, yakni
(KHG) sesuai amanat PP No. 71/2014, PP No. 57/2016 dan percepatan restorasi ekosistem gambut sesuai amanat Perpres No. 1/2016 diharapkan akan dapat mempercepat pemulihan hutan dan jenis-jenis vegetasi asli gambut.

Keberhasilan restorasi ekosistem gambut dapat dilihat melalui metode analisis vegetasi. Analisis vegetasi merupakan suatu metode untuk mengetahui susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Parameter kuantitatif yang perlu diperhatikan dalam analisis vegetasi adalah kerapatan, frekuensi, dan indeks nilai penting yang dimana memerlukan data-data jenis, diameter, dan tinggi pohon untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas yang menempati suatu habitat (Hidayat, 2018).

1. Hidayat, M, 2018, Analisis vegetasi dan keanekaragaman tumbuhan di kawasan manifestasi geotermal ie suum Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar, BIOTIK: Jurnal Ilmiah Biologi Teknologi dan Kependidikan, 5 (2), 114-124.

2. Suhendra, M., Suhada, N., Damanik, P. C., Shafitri, D. K., & Khairuniah, K, 2021, Inventarisasi Vegetasi pada Daerah Rawan Kebakaran di Desa Lukun, Tebing Tinggi Timur, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau, Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa, 7 (1), 49-56.

  • ekosistem/vegetasi_gambut.txt
  • Last modified: 2023/02/12 05:55
  • by Iman Sumantri