Desa Lebung Itam

Desa Lebung Itam berada di Kecamatan Tulung Selapan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Desa ini dinamai Lebung Itam karena oleh para tetua dinilai memiliki sungai dengan air berwarna hitam. Lebung Itam terdiri dari 7 dusun dengan luas wilayah 187 km2 dan jumlah penduduk mencapai 3.331 jiwa. Desa Lebung Itam merupakan desa lokal yang didominasi suku melayu (ogan). Mayoritas masyarakat Lebung Itam merupakan petani karet. Dari aspek sosial, Lebung Itam merupakan salah satu desa yang memiliki modal sosial tinggi. Di desa ini sudah terbentuk Koprasi, kelompok tani, kelompok perempuan, kelompok kolektif desa hingga masyarakat peduli api (MPA). Namun kuatnya modal sosial ini belum dibarengi dengan infrastruktur yang memadai sehingga proses perekonomian masyarakat berjalan sedikit lamban. Di Desa Lebung Itam , penggunaan lahan utama yaitu hutan rawa primer, hutan rawa sekunder, kebun karet, hutan tanaman akasia, dan permukiman. Hutan rawa yang ada di desa Lebung Itam didominasi oleh semak dan tanaman gelam, serta tergenang apabila musim penghujan datang. Hutan rawa ini menyimpan potensi tersendiri selain diambil kayu gelamnya, yaitu bisa diambil Ikan yang hidup di dalamnya, beberapa jenis ikan yang hidup didalamnya diantara lain, ikan gabus, ikan betok, dan ikan sepat. Masyarakat biasanya memanfaatkan ikan untuk dikonsumsi sendiri maupun untuk dijual.

Menelisik lebih dalamMengani desa lebung hitam, desa ini merupakan desa yang masih memegang teguh aturan adat dan tradisi, kita tidak akan menemui hewan ternak berkaki 4 di desa ini, hal ini sedikit unik jika melihat di desa-desa tetangganya bahwa memelihara hewan berkaki 4 adalah hal yang wajar dan biasa saja. Di desa Lebung Itam memelihara hewan berkaki 4 merupakan hal yang sedikit tabu, karena masyarakat tidak mau ada tetangga yang memelihara hewan berkaki 4, selain bau kandang yang tidak sedap, kemudian kotoran yang berserakan dijalanan, hewan berkaki 4 juga seringkali menjadi hama bagi tanaman yang dibudidayakan masyarakat, apalagi mengingat budaya masyarakat yang tidak mau mengandangkan hewan peliharaanya.