Desa Tirta Mulya

Desa Tirta Mulya atau dalam sebutan lokal biasa dinamai Jalur 13, merupakan salah satu desa yang berada di kawasan gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigGambut

<[lahan gambut]Ekosistem Gambut Primer di Laboratorium Alam CIMPTROP, Kalimantan Tengah>

Gambut merupakan material organik yang terbentuk secara alami berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna dengan ketebalan 50 (lima puluh) centimeter atau lebih dan terakumulasi pada areal rawa. Secara harfiah Gambut berasal dari bahasa Banjar untuk menyebut tanah non-mineral yang berasal dari akumulasi bahan organik yang tidak terdekomposisi sempurna pada daerah depresi. Bany…
pesisir di Kecamatan Muara Sugihan, Kabupaten Banyuasinplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigKabupaten Banyuasin

Kabupaten Banyuasin dibentuk berdasarkan pertimbangan pesatnya perkembangan dan kemajuan pembangunan di Provinsi Sumatera Selatan umumnya dan khususnya di Kabupaten Musi Banyuasin yang diperkuat oleh aspirasi masyarakat untuk menlngkatkan penyelenggaraan pemrintahan pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan guna menjamin kesejahteraan masyarakat.
, Sumatera Selatanplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigSumatera Selatan

Sumatera Selatan atau sering disebut sebagai Bumi Sriwijaya, memiliki Ibu Kota Provinsi Palembang yang juga dijuluki sebagai Venice of The East (Venesia dari timur) oleh bangsa Eropa merupakan salah satu kota tertua di Indonesia yang sudah ada sejak 1.335 tahun yang lalu. Dalam perjalanannya, Provinsi Sumatera Selatan saat ini tengah gencar melakukan pembangunan infrastruktur, terutama melalui perencanaan Kawasan Ekonomi Khusus Pelabuhan Tanjung Api-Api di
. Desa Tirta Mulya juga merupakan salah satu desa yang terletak di Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) Sungai Saleh - Sungai Sugihan. Luas desa sekitar 91,71 km2 yang terbagi atas tiga dusun. Wilayah desa berbatasan di sebelah timur dengan kawasan hutan. Jumlah penduduk desa pada tahun 2018 adalah 1.702 jiwa. Sumber penghasilan utama sebagian besar masyarakat berasal dari sektor pertanian. Padi merupakan komoditi yang paling banyak diproduksi oleh masyarakat.

Nama Desa Tirta Mulya berasal dari Bahasa Jawa, yaitu “Tirto” yang berarti air, menandakan bahwa Desa Tirta Mulya berada di wilayah perairan dan berbatasan dengan Selat Bangka. Sementara kata berikutnya, yakni “Mulyo”, berarti mulia, menandakan harapan para pinisepuh1 terdahulu agar desa mereka kelak akan dianugerahi kemuliaan dan kesejahteraan. Keunikan yang membedakan Desa Tirta Mulya dengan desa transmigrasi lainnya yaitu Desa Tirta Mulya sudah dihuni oleh orang-orang dari Suku Bugis, 12 tahun sebelum kedatangan para transmigran. Masyarakat transmigran yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat, baru datang ke Tirta Mulya pada tahun 1982. Bahasa yang banyak dituturkan di Desa Tirta Mulya adalah Bahasa Jawa, Bahasa Jawa Ngapak, dan Bahasa Indonesia.

Pada masa awal penempatan transmigrasi2 , para transmigran di Desa Tirta Mulya terserang wabah penyakit kolera3 sebagai akibat mengonsumsi air tanah yang tidak layak. Belum adanya fasilitas kesehatan yang memadai membuat masyarakat pada saat itu memilih alternatif pengobatan tradisional seperti dukun. Kejadian luar biasa tersebut membuat sebagian besar transmigran memutuskan untuk kembali ke Pulau Jawa demi menjaga keselamatan diri dan keluarga.

Masyarakat di Desa Tirta Mulya menggantungkan hidupnya dari bersawah padi tadah hujan dan berkebun kelapa monokultur. Kini, sumber penghidupan pada masyarakat di Desa Tirta Mulya terbilang cukup beragam. Masyarakat sudah mulai mengembangkan varietas perkebunan lainnya, seperti sawit monokultur dan kebun campur4 kelapa - pinang. Selain itu, sebagian besar masyarakat juga sudah memulai usaha pertambakan bandeng sedari awal tahun 2000-an. Tambak bandeng milik masyarakat Desa Tirta Mulya tersebut lebih banyak berada di wilayah desa tetangga, yakni Desa Gilirang.

Di Desa Tirta Mulya, partisipasi perempuan dalam rumah tangga lebih banyak dalam pengelolaan keuangan rumah tangga. Sedangkan kegiatan yang terkait dengan lahan sebagian besar lebih banyak dilakukan dan diputuskan oleh laki-laki. Dalam kegiatan bermasyarakat, keterlibatan perempuan dapat dikategorikan masih cukup rendah. Di Desa Tirta Mulya, masih sedikit perempuan yang aktif menjadi anggota kelompok di masyarakat dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan bermasyarakat. Adapun tipe kelompok masyarakat yang umumnya diikuti oleh perempuan yaitu perkumpulan keagamaan, PKK5 , dan arisan.

Kendala yang masih dihadapi oleh masyarakat di Desa Tirta Mulya antara lain akses jalan usaha tani yang kurang baik, terutama kala musim hujan tiba. Selain itu, para petani juga masih kesulitan dalam menanggulangi serangan hama. Tanaman kelapa monokultur menjadi jenis usaha tani yang kerap terdampak serangan hama, seperti tikus, kumbang badak, dan tupai. Permasalahan lainnya yang cukup umum ditemui di Desa Tirta Mulya adalah melimpahnya limbah sabut kelapa. Selama ini limbah sabut kelapa yang dihasilkan dari paska panen kelapa, hanya ditumpuk di kebun atau di halaman rumah lalu ketika dianggap sudah terlalu banyak, masyarakat akan membakar limbah sabut kelapa tersebut. Masyarakat belum mendapatkan pelatihan atau penyuluhan untuk pemanfaatan limbah sabut kelapa. Di sisi lain, masyarakat juga khawatir bahwa limbah sabut kelapa yang terus dibiarkan menumpuk akan mendatangkan kerugian bagi mereka, seperti menjadi sarang hewan liar dan mencemari kebersihan lingkungan desa.


Sumber:

1 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Arti kata pinisepuh - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online.

2 Setiawan, Nugraha. 2009. “Satu Abad Transmigrasi di Indonesia: Perjalanan Sejarah Pelaksanaan 1905-2005”. Microsoft Word - Historia_Satu Abad Transmigrasi .doc (unpad.ac.id). Diakses pada 24 Agustus 2022.

3 Alodokter. 2022. “Kolera”. Kolera - Gejala, penyebab dan mengobati - Alodokter. Diakses 23 Agustus 2022.

4 Martini, Endri, dkk. 2010. “Membangun Kebun Campur: Belajar dari Kobun Pocal di Tapanuli dan Lampoeh di Tripa”. (PDF) Membangun Kebun Campur: Belajar dari Kobun Pocal di Tapanuli dan Lampoeh di Tripa (researchgate.net). Diakses 24 Agustus 2022.

5 Shalfiah, Ramandita. 2013. “Peran Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dalam Mendukung Program Pemerintah Kota Bontang”. http://perpustakaan.unmul.ac.id/ejournal/index.php/um/article/view/92/78. Diakses 24 Agustus 2022.