Porang (Amorphophallus muelleri) adalah jenis komoditas pertanian yang masuk dalam kategori tanaman pangan, karena bagian umbi yang dimanfaatkan dapat diolah sebagai pengganti beras dan mudah diolah untuk pangan sehari-hari. Selain dimanfaatkan sebagai tanaman pangan porang juga dimanfaatkan sebagai bahan baku kosmetik. Di Kabupaten Kubu Raya tepatnya di Desa Teluk Bakung. Umbi porang tersebut dibudidayakan oleh petani di lahan gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigLahan Gambut
Lahan gambut merupakan bagian dari lanskap ekosistem gambut, salah satu ekosistem khas lahan basah yang dimiliki Indonesia. Gambut berasal dari tanah yang terdapat akumulasi sisa-sisa makhluk hidup yang melapuk, mengandung bahan organik >12% dengan ketebalan lebih dari 50 cm. Luasan lahan satu hektar bisa menghasilkan kurang lebih 10 ton/ha dengan harga jual Rp.7000 per kilogram. Budidaya porang di lahan gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigLahan Gambut
Lahan gambut merupakan bagian dari lanskap ekosistem gambut, salah satu ekosistem khas lahan basah yang dimiliki Indonesia. Gambut berasal dari tanah yang terdapat akumulasi sisa-sisa makhluk hidup yang melapuk, mengandung bahan organik >12% dengan ketebalan lebih dari 50 cm kedepanya sangat menguntungkan.
sumber : [[https://scienceagri.com/porang-amorphophallus-oncophyllus/|Does Porang (Amorphophallus oncophyllus) has Bright Future???(A Case Study in Indonesia) - The Science Agriculture]]
Tanaman porang yang dibudidayakan harus mempunyai habitat yang optimal, syarat-syarat tumbuh tanaman porang antara lain:
Lokasi tumbuh tanaman porang yang baik adalah dibawah naungan dengan intensitas cahaya 60-70%. Persiapan lahan dengan membuat guludan dengan lebar 50cm dengan tinggi 25 cm dan panjang disesuaikan dengan lahan yang digarap. Jarak antar guladan yaitu 50 cm.
Porang dapat diperbanyak secara vegetatif dan generatif (biji). Bibit yang dipilih adalah dari umbi yang sehat dan bebas penyakit. Setelah bibit yang ditanam berumur 3 tahun, dapat dipanen setiap tahunnya tanpa perlu penanaman kembali. Kebutuhan bibit per satuan luas sangat tergantung pada jenis bibit yang digunakan dan jarak tanam. Dengan presentase tumbuh 90%.