Jahe Putih

Jahe PutihFig. 1: Jahe Putih

Kabupaten Kubu Raya memiliki luasan gambut yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai penghidupan dari sektor pertanian. Pengelolaan lahan gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigLahan Gambut

Lahan gambut merupakan bagian dari lanskap ekosistem gambut, salah satu ekosistem khas lahan basah yang dimiliki Indonesia. Gambut berasal dari tanah yang terdapat akumulasi sisa-sisa makhluk hidup yang melapuk, mengandung bahan organik >12% dengan ketebalan lebih dari 50 cm
yang berwawasan lingkungan dilakukan oleh petani jahe desa Kubu karena mengingat lahan gambut juga menyimpan potensi untuk dikembangkan dengan cara yang tepat. Jahe (Zingiber officinale Rosc) merupakan salah satu komoditas yang sudah sejak ribuan tahun yang lalu digunakan sebagai bagian dari ramuan rempah-rempah yang diperdagangkan secara luas di dunia. Masyarakat Indonesia umumnya telah mengenal dan memanfaatkan tanaman ini dalam kehidupan sehari-hari untuk berbagai kepentingan seperti: campuran bahan makanan, minuman, kosmetik, parfum dan lain-lain mulai dari tingkat tradisional di pedesaan sampai tingkat modern di perkotaan. Komoditi jahe layak dijadikan salah satu komoditi unggulan Kalimantan Barat 1 .

Kabupaten Kubu Raya sudah mengembangkan komoditi jahe putih atau gajahplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigGajah

[Nasib Gajah Sumatera di Tengah Rusaknya Lahan Gambut Air Sugihan - Mongabay.co.id : Mongabay.co.id]



Lahan gambut merupakan salah satu ekosistem yang unik dan penting di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Ekosistem ini ditandai oleh adanya lapisan gambut yang dalam dan tersusun dari bahan organik yang terakumulasi selama ribuan tahun. Di dalam
dan Kecamatan yang memiliki kawasan budidaya jahe terbesar ialah Kecamatan Terentang 2. Salah satu Desa di Kabupaten Kubu Raya yang mengembangkan jahe ialah Desa Teluk Empening, Kec. Terentang. Pertanian tersebut dilakukan secara turun-temurun oleh masyarakat tersebut sejak tahun 2007. Menurut salah satu petani, menanam jahe di tanah gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigGambut

<[lahan gambut]Ekosistem Gambut Primer di Laboratorium Alam CIMPTROP, Kalimantan Tengah>

Gambut merupakan material organik yang terbentuk secara alami berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna dengan ketebalan 50 (lima puluh) centimeter atau lebih dan terakumulasi pada areal rawa. Secara harfiah Gambut berasal dari bahasa Banjar untuk menyebut tanah non-mineral yang berasal dari akumulasi bahan organik yang tidak terdekomposisi sempurna pada daerah depresi. Bany…
lebih cepat panen dibandingkan di tanah liat, di tanah gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigGambut

<[lahan gambut]Ekosistem Gambut Primer di Laboratorium Alam CIMPTROP, Kalimantan Tengah>

Gambut merupakan material organik yang terbentuk secara alami berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna dengan ketebalan 50 (lima puluh) centimeter atau lebih dan terakumulasi pada areal rawa. Secara harfiah Gambut berasal dari bahasa Banjar untuk menyebut tanah non-mineral yang berasal dari akumulasi bahan organik yang tidak terdekomposisi sempurna pada daerah depresi. Bany…
hanya memerlukan waktu 4 bulan hingga siap panen sedangkan pada tanah liat mencapai 6-8 bulan. Panen berupa jahe putih segar menghasilkan 15-16 ton/Ha 3, bahkan menurut penuturan Kepala Dinas Kabupaten Kubu Raya hasilnya mampu mencapai 18-20 ton/Ha. Harga jahe di Pasar Flamboyan, Pontianak ialah Rp. 15.000/kg 2.


Selain dijual dalam bentuk jahe segar (primer), jahe juga dalam diolah menjadi produk turunan, seperti jahe serbuk dan jahe gula semut sudah dilakukan oleh masyarakat di Kubu Raya. Jahe yang diolah menjadi serbuk memiliki keunggulan jangka waktu simpan yang cukup panjang dan lebih mudah dikonsumsi oleh masyarakat. Dari segi ekonomi, olahan jahe serbuk menghasilkan keuntungan yang lebih banyak bandingkan dengan hanya menjual rimpang jahe. Adapun tahapan membuat jahe serbuk sebagai berikut: Jahe dicuci bersih dan dikupas, setelah itu jahe diiris kecil-kecil * Blender jahe dicampur air, kemudian saring menggunakan kain * Hasil saringan dicampur gula kemudian dimasak dengan api sedang selama kurang lebih 1 jam sampai mengental sambil diaduk * Jahe yang dimasak akan mengalami proses kristalisasi menjadi serbuk Jika diasumsikan model usaha jahe serbuk sebagai berikut: Harga jahe utuh Rp.4.000-5.000/kg Modal pembuatan jahe serbuk:

2kg jahe = Rp. 10.000 * 2kg gula = Rp. 14.000 * 2 liter air = Rp. 10.000 * Gas = Rp. 22.000 * Menghasilkan kurang lebih 2kg jahe serbuk. Penjualan jahe serbuk Rp. 5.000/ons. Sehingga didapatkan hasil Rp. 5.000×20(ons) = Rp. 100.000 Produk turunan jahe ini menghasilkan keuntungan hampir 2 kali lipat jika dibandingkan dengan menjual jahe utuh. Dengan adanya diversifikasi produk dari suatu komoditas dapat menjadi potensi penghasilan yang bervariasi. Hal ini dianggap sebagai angin segar bagi petani karena bila suatu saat harga komoditas jahe mengalami penurunan, maka petani dapat mengoptimalkan jahe dengan mengolahnya menjadi jahe serbuk.

Sumber:

1Pengaruh Berat Bibit dan Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jahe pada Tanah Gambut

2 KUBU RAYA SIAP JADI LUMBUNG JAHE KALIMANTAN

3 Jahe Putih Lokal Terentang Hasilkan 16 ton/Ha di Lahan Gambut

https://www.instagram.com/p/CXf_dhZhhdp/