Table of Contents

Pelawan

Habitus dan taksonomi

Pelawan ( Tristaniopsis merguensis Grieff.) merupakan jenis tumbuhan dengan habitus pohon kecil, dengan ukuran diameter hingga 10 cm dan tinggi 15-20 meter. Tegakan pelawan dapat dijumpai di habitatnya dengan kerapatan yang tinggi dan ukuran yang relatif seragam. Batang pelawan berwarna kuning hingga merah sehingga mempunayi nilai artistik. Daunnya berukuran kecil berbentuk oval dan sedikit mengkilap. Secara taksonomi pelawan termasuk dalam family Myrtaceae.dengan ciri utama berdaun tunggal, kulit batang mudah mengelupas dan bunga yang menggerombol.

Habitus dan performansi pelawan di hutan alam (Foto: Hengki Siahaan, 2015)

Sebaran dan pemanfaatan

Pelawan tumbuh tersebar secara luas pada lahan kering maupun lahan basah termasuk di lahan gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigLahan Gambut

Lahan gambut merupakan bagian dari lanskap ekosistem gambut, salah satu ekosistem khas lahan basah yang dimiliki Indonesia. Gambut berasal dari tanah yang terdapat akumulasi sisa-sisa makhluk hidup yang melapuk, mengandung bahan organik >12% dengan ketebalan lebih dari 50 cm
. Tumbuhan pelawan memiliki banyak manfaat namun belum banyak dikenal masyarakat. Pemanfaatan pelawan bervariasi sesuai dengan pengetahuan masyarakat lokal. Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, pelawan dimanfaatkan secara ekologis di habitat alaminya. Secara ekologis bunga pelawan memiliki peran strategis sebagai sumber pakan lebah Apis dorsata yang menghasilkan madu pelawan dan sistem perakaran pelawan dapat berperan sebagai inang jamur yang dikenal dengan jamur pelawan. Kedua jenis komoditas tersebut memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat berperan sebagai sumber pendapatan masyarakat.

Berbeda dengan pemanfaatan pelawan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, pelawan di Sumatera Selatanplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigSumatera Selatan

Sumatera Selatan atau sering disebut sebagai Bumi Sriwijaya, memiliki Ibu Kota Provinsi Palembang yang juga dijuluki sebagai Venice of The East (Venesia dari timur) oleh bangsa Eropa merupakan salah satu kota tertua di Indonesia yang sudah ada sejak 1.335 tahun yang lalu. Dalam perjalanannya, Provinsi Sumatera Selatan saat ini tengah gencar melakukan pembangunan infrastruktur, terutama melalui perencanaan Kawasan Ekonomi Khusus Pelabuhan Tanjung Api-Api di
lebih banyak digunakan sebagai kayu energi yaitu sebagai kayu bakar dan sebagai bahan baku arang pelawan. Pemanfaatan pelawan sebagai kayu energi didasari oleh kualitas kayunya yang sangat baik karena nilai kalor dan densitasnya yang tinggi serta dapat dipaenen di alam dengan ukuran yang relatif seragam dengan diameter batang 6-8 cm. Arang pelawan merupakan komoditas ekspor dengan tujuan ekspor ke negara-negara industri seperti Jepang, China, dan Korea Selatan. Pada perkembangan selanjutnya, pemanfaatan pelawan semakin meluas sebagai bahan pangan, obat-obatan dan bahan pestisida nabati dengan daun sebagai bahan utama. Daun pelawan mengandung senyawa plavonoid, tannin, saponin, steroid, dan triterpenoid sehingga dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan dan pestisida nabati. Daun pelawan dapat pula diolah menjadi teh pelawan yang mempunyai aroma yang khas.

Peluang budidaya pelawan

Hingga saat ini, pemanfaatan pelawan masih mengandalkan ketersediaannya di hutan alam dan sudah berlangsung dalam waktu yang cukup lama sehingga saat ini potensi pelawan di hutan alam sudah semakin menipis dan pada lokasi habitat tertentu sudah tidak ditemukan lagi. Salah satu karakteristik pelawan yang memudahkan dalam upaya budidayanya adalah kemampuan pohon pelawan untuk bertunas setelah ditebang. Pertunasan pelawan relatif masif dan pertumbuhannya juga cepat sehingga dapat dikelola dengan sistem pangkas, untuk produksi kayu pelawan ataupun produksi daun. Pelawan dapat dipanen dengan cara dipangkas dengan rotasi sekitar 1-2 tahun.

Budidaya pelawan dapat dilakukan di habitat alaminya dengan melakukan pengayaan ataupun di lokasi baru dengan membangun hutan tanaman pelawan. Sumber benih pelawan dapat diperoleh dari cabutan anakan alam maupun dari biji yang sengaja dikecambahkan di persemaian. Sumber benih dari cabutan anakan alam membutuhkan waktu pemeliharaan di persemaian sekitar 6-9 bulan hingga siap ditanam di lapangan. Sementara sumber benih dari biji membutuhkan waktu sekitar 1 bulan lebih lama.

20210408_110818.jpg

Tanaman pelawan umur 5 tahun di KHDTK Kemampo (Foto: Hengki Siahaan, 2021