This is an old revision of the document!
Keruing
Fig. 1: Keruing gunung. Foto: PEH BTNGC Keruing (Dipterocarpus Retusus) adalah genus pepohonan dari daerah tropis dan mempunyai nama lokal palahlar. Keruing dapat ditemukan di Aceh, Bali, Lombok, Sumbawa, dan Jawa bagian barat. Keruing tumbuh di dalam hutan primer dengan ketinggian 800 - 1.300 meter di atas permukaan laut. Batangnya berbentuk lurus dan bulat gilig dengan gemang mencapai lebih dari 150 hingga 260 centimeter. Keruing biasanya berukuran sedang sampai besar dan mempunyai resin yang berlimpah. Keruing merupakan pohon yang langka.
Karakteristik, Manfaat, dan Pelestarian
1. Pengenalan Tanaman Keruing
Tanaman keruing (Dipterocarpus spp.) adalah jenis pohon kayu keras yang banyak ditemukan di hutan tropis Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Pohon ini termasuk dalam keluarga Dipterocarpaceae dan memiliki nilai ekonomi tinggi karena kayunya yang kuat dan tahan lama.
2. Ciri-ciri Tanaman Keruing
Keruing memiliki batang yang tinggi dan lurus, dengan diameter yang dapat mencapai lebih dari 1 meter. Kulit batangnya berwarna cokelat keabu-abuan dengan tekstur kasar dan beralur. Daunnya berbentuk lonjong dengan permukaan yang agak kasar. Bunganya kecil dan berwarna putih kekuningan, sedangkan buahnya berbentuk kapsul dengan sayap yang membantu penyebaran oleh angin.
3. Manfaat dan Kegunaan
Tanaman keruing memiliki banyak manfaat, baik dari segi ekonomi maupun ekologi. Beberapa manfaat utamanya adalah:
Kayu Konstruksi: Kayu keruing dikenal kuat dan tahan terhadap cuaca, sehingga sering digunakan dalam pembuatan perabotan, lantai, tiang listrik, dan bahan bangunan.
Produksi Resin: Pohon keruing menghasilkan resin alami yang digunakan dalam industri pernis, cat, dan bahan bakar lampu.
Ekologi dan Konservasi: Tanaman ini berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan dengan menyediakan habitat bagi berbagai satwa liar serta membantu menjaga kelembapan tanah.
Obat Tradisional: Beberapa bagian tanaman keruing, seperti resin dan daunnya, digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mengatasi berbagai penyakit kulit dan gangguan pencernaan.
4. Budidaya dan Pelestarian
Mengingat tingginya permintaan terhadap kayu keruing, eksploitasi yang tidak terkendali dapat mengancam kelestariannya. Oleh karena itu, diperlukan upaya konservasi seperti:
Penanaman Kembali: Program reboisasi dan agroforestri dapat membantu memastikan ketersediaan pohon keruing di masa mendatang.
Pengelolaan Hutan Berkelanjutan: Praktik tebang pilih dan pemanfaatan kayu secara bijak dapat mengurangi dampak deforestasi.
Penelitian dan Pengembangan: Studi lebih lanjut tentang budidaya dan manfaat tanaman ini dapat meningkatkan nilai ekonominya tanpa merusak ekosistem.