kategori:ekosistem

Differences

This shows you the differences between two versions of the page.

Link to this comparison view

Both sides previous revision Previous revision
Next revision
Previous revision
kategori:ekosistem [2022/08/03 08:45] – Mentari Mentari Agustinikategori:ekosistem [2023/01/17 20:16] (current) – external edit 127.0.0.1
Line 1: Line 1:
-==== Kategori: Ekosistem ====+====== Kategori: Ekosistem ======
  
-{{Pengaruh pembukaan lahan terhadap karakteristik lahan gambut}} +<nspages ekosistem -textPages="" -nbCol=1 -customTitle="{title}">
- +
-Jika direklamasi dan dikelola dengan baik, lahan gambut merupakan lahan yang produktif (Driessen, 1980). Drainase seperlunya akan menghilangkan air dan akan menyebabkan sedikit pemadatan pada massa gambut yang lepas dan menyebakan terjadinya penurunan permukaan tanah. Jika drainase dilakukan secara tiba-tiba dan dalam, dapat menyebabkan perombakan, pengeringan dan pengerutan gambut. Proses-proses tersebut akan berjalan semakin cepat bila lahan terkena sinar matahari langsung. Laju penghantaran panas yang rendah menyebabkan suhu tanah meningkat tajam terutama pada 10 cm teratas dari permukaan tanah gambut yang terkena sinar matahari. Selanjutnya, proses ini akan menyebabkan transformasi koloid dan berakibat gambut menjadi peka erosi, dan inert terhadap unsur hara maupun air. +
- +
-Untuk mencegah adanya pengeringan tak balik maka dianjurkan untuk: +
- +
-a. Menjaga agar gambut tetap lembab dengan mengatur muka air tanah agar tidak terlalu dalam dari permukaan tanah. +
- +
-b. Menjaga agar permukaan tanah selama mungkin tertutup atau terlindungi dari sinar matahari langsung dengan menanam tanaman penutup. +
- +
-c. Pada dasamya gambut yang telah kering dapat bertindak sebagai mulsa selama gambut ini selalu berada di permukaan. Tetapi ada kalanya proses pengolahan tanah menjadikan gambut yang kering menjadi terkubur. Oleh karena itu pengolahan tanah minimal atau tidak mengolah tanah sama sekali sangat dianjurkan. +
- +
-Rawa Gambut +
- +
-d. Untuk memenuhi anjuran pada butir a dan b, penanaman tanaman tahunan lebih dianjurkan daripada penanaman tanaman pangan, terutama pada gambut tebal. +
- +
-Setelah direklamasi, tanah gambut cenderung terdekomposisi lebih cepa dari pada akumulasinya. Bahan organik akan selalu menurun kadarnya bila gambut diusahakan (Juste. 1970). Sebagai contoh adalah kasus yang terjadi di Delta Upang. Pada awal pembukaannya di akhir tahun enam puluhan dijumpai tanah gambut dengan ketebalan 60 cm, namun pada tahun 1991, sudah sulit sekali menemukan gambut di daerah tersebut Untungnya bahan mineral yang ada dibawah gambut adalah bahan liat sehingga pertanaman masih dimungkinkan. Hal sama ditemui di daerah Karang Agung Ulu P Ill yang semula merupakan tipologi lahan gambut, sekarang tinggal bahan mineral. Walaupun mengadung sedikit pirit, bahan mineral yang ada masih mampu memproduksi tanaman. Kejadian yang berbeda terjadi di PV Karang Agung Ulu, yang memiliki lapisan substratum yang berbeda dengan lapisan substratum di P III. Di PV, lapisan sub stratum yang mendasari gambut-yang semula mempunyai ketebalan 20-100 cm adalah pasir kuarsa, sehingga setelah gambut habis pertanaman pun sulit tumbuh. Bahkan rumput juga terlihat tumbuh merana. Pengamatan pada tahun 1996 menunjukan bahwa pasir kuarsa setebal kira-kira 60 cm ini duduk di atas bahan marin yang berpirit. Pada daerah-daerah seperti PV ini sebaiknya tidak dibuka untuk pengembangan pertanian. +
- +
-Pada daerah yang mengandung pirit atau gambut, perlu dilakukan pengaturan permukaan air tanah sedemikian rupa sehingga selalu berada di atas lapisan pirit agar oksidasi pirit dan gambut dapat dicegah namun pencucian masih dapat dilakukan Pengaturan air juga dilakukan untuk mencegah akumulasi garam. Dengan melakukan penggantian air dengan air yang segar secara kontinyu akan terjadi peningkatan pH dan pencucian unsur-unsur yang beracun. Contoh kekeliruan dalam pemanfaatan lahan gambut untuk persawahan terjadi di daerah Delta Sumatera Selatan diterapkannya pertanaman padi dua kali setahun ('walik jerami"). Pada cara walik jerami ini, jerami padi dari pertanaman pertama ditebas kemudian disingkirkan atau dibenamkan ke sawah yang diikuti dengan pertanaman padi kedua tanpa mengistirahatkan sawah terlebih dahulu. Cara ini menjadikan tanaman padi pada pertanaman kedua memperlihatkan gejala keracunan HS seperti klorosis yang dimulai  daun pucuk, nekrosis pada daun yang kemudian diikuti dengan mengeringnya tanaman. Gejala ini bisa menyerang padi pada usia muda maupun yang sudah berumur 60 hari. Hal ini bisa menyebabkan kegagalan total tanaman padi untuk berproduksi. (Sudarsono. 1999).+
  
  
  • kategori/ekosistem.1659516320.txt.gz
  • Last modified: 2023/01/17 22:52
  • (external edit)