kategori

Bincang Gambut Series 16 - Keunikan Flora dan Fauna di Ekosistem Gambut

Narasumber 1

Agusti Randi (Nusantara Climate Initiative)

Dalam presentasi ini, narasumber membahas secara mendalam tentang ekosistem gambut di Indonesia, dengan fokus pada keunikan, keanekaragaman hayati, dan ancaman yang dihadapinya. Proses pembentukan gambut sendiri membutuhkan waktu yang sangat lama, mencapai 1 cm dalam 10 tahun, sehingga untuk mencapai ketebalan 10 meter dibutuhkan waktu sekitar 5.000 tahun. Namun, ironisnya, gambut dapat hilang dalam hitungan jam akibat kebakaran atau konversi lahan.

Ekosistem gambut memiliki karakteristik unik yang memungkinkan tumbuhan dapat bertahan di lingkungan yang ekstrem. Tumbuhan di lahan gambut telah mengembangkan berbagai adaptasi, seperti sistem perakaran khusus, neticell untuk pertukaran gas, kantong udara di batang, dan bahkan kemampuan karnivora untuk mendapatkan nutrisi. Penelitian menunjukkan bahwa meskipun awalnya dianggap sebagai lahan marginal, gambut sebenarnya memiliki keanekaragaman hayati yang signifikan, dengan sekitar 1.441 spesies tumbuhan di Asia Tenggara.

Ancaman utama terhadap ekosistem gambut meliputi alih fungsi lahan, pembukaan kanal, kebakaran, dan penggunaan spesies asing dalam upaya restorasi. Beberapa spesies terancam punah, seperti ramin, orangutan, dan berbagai tumbuhan endemik. Narasumber menekankan pentingnya konservasi dan restorasi yang tepat, dengan menggunakan spesies lokal dan memahami kompleksitas ekosistem gambut.

Presentasi ini menggarisbawahi bahwa gambut bukan sekadar lahan, melainkan ekosistem kompleks yang sangat penting bagi keseimbangan lingkungan. Pentingnya memahami dan melindungi ekosistem gambut tidak hanya untuk kepentingan konservasi, tetapi juga untuk keberlanjutan hidup manusia di masa depan. Pesan utama yang disampaikan adalah perlunya kesadaran akan nilai ekologis gambut dan upaya pelestarian yang berkelanjutan.

Proses Pembentukan Gambut Membutuhkan waktu sangat lama, 1 cm dalam 10 tahun Untuk mencapai ketebalan 10 meter diperlukan waktu sekitar 5.000 tahun

Lokasi terbentuknya gambut di pinggir badan air yang tenang Tersebar di Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Proses Kimia dan Biologis Proses penguraian bahan organik Sedikit bakteri pengurai. Bahan organik menumpuk terus-menerus

Kondisi lingkungan gambut Air tergenang, Kondisi asam dan Minim oksigen

Keunikan Ekosistem Gambut

Adaptasi Tumbuhan

Sistem perakaran khusus Memiliki akar penopang dan Akar berbentuk mirip mangrove

Mekanisme bertahan Memiliki kantong udara di batang Sistem pertukaran gas unik Strategi nutrisi

Banyak tumbuhan karnivora

Melakukan simbiosis untuk mendapatkan nutrisi

Keanekaragaman Hayati

Jumlah spesies 1.441 spesies

di seluruh Asia Tenggara

20% spesies hanya spesifik di gambut

Penemuan baru: Spesies pohon baru seperti Dicephalum Rawaganbun

Ancaman Ekosistem Gambut Faktor Kerusakan Alih fungsi lahan

Konversi hutan menjadi perkebunan

Pembukaan kanal

Kebakaran Mudah terbakar setelah dikeringkan Kehilangan gambut dalam waktu singkat

Narasumber 2:

Tahir Wisata, S. Hut. (BKSDA Kalimantan Barat)

Diskusi ini membahas tentang keanekaragaman hayati (biodiversitas) dan konservasi ekosistem gambut di Kalimantan Barat. Tahir Wisata dari BKSDA Kalbar memaparkan data komprehensif terkait flora dan fauna di wilayah tersebut, mengungkapkan bahwa telah terdata 1.269 jenis tumbuhan dari 125 famili dan 509 jenis fauna, dengan 94 spesies dilindungi, 32 spesies endemik, dan 15 spesies dalam kategori kritis.

Narasumber menekankan pentingnya pendekatan konservasi berbasis lanskap, yang mempertimbangkan keseluruhan ekosistem dan habitat. Mereka menjelaskan bahwa pengelolaan satwa liar tidak dapat dilakukan secara parsial, melainkan harus memperhatikan hubungan timbal balik antara berbagai spesies dan lingkungannya. Pembangunan dan alih fungsi lahan, seperti food estate dan optimasi lahan rawa, berpotensi memberikan dampak signifikan terhadap biodiversitas.

Agusti Randi secara mendalam menjelaskan risiko degradasi ekosistem gambut akibat perubahan hidrologi dan penggunaan lahan. Dia menekankan bahwa setiap perubahan kecil dalam ekosistem dapat berdampak besar terhadap keberagaman hayati, seperti hilangnya habitat spesies tertentu, perubahan komposisi flora dan fauna, serta gangguan pada rantai ekologi. Konservasi yang efektif menurutnya adalah perlindungan menyeluruh ekosistem, bukan sekadar fokus pada satu spesies.

Kedua narasumber sepakat bahwa pembangunan ekonomi memang penting, namun harus diimbangi dengan upaya pelestarian lingkungan. Mereka menyarankan perlunya kajian komprehensif sebelum pembukaan lahan, penerapan kaedah konservasi, menjaga tata air, dan menyediakan koridor bagi satwa liar. Penggunaan teknologi seperti pemodelan spasial (Maxent) dapat membantu dalam memahami sebaran dan kesesuaian habitat berbagai spesies.

Diskusi dan Tanya Jawab
Diskusi difokuskan pada dua aspek utama: pengelolaan air dan vegetasi. Para pembicara menjelaskan bahwa kerusakan gambut terjadi akibat pembukaan kanal yang menyebabkan air keluar, mengakibatkan penurunan permukaan gambut (subsiden) yang signifikan, berkisar antara tiga mili hingga satu sentimeter per bulan.

Strategi utama untuk mengembalikan kondisi ekosistem gambut mencakup dua pendekatan penting. Pertama, mengembalikan dan mengendalikan tata air dengan menutup atau mengunci kanal-kanal yang ada, sehingga air tidak dapat keluar dan membawa partikel gambut. Kedua, melakukan penanaman vegetasi yang tepat, yang dapat membantu mengurangi laju penurunan permukaan gambut melalui proses dekomposisi dan penumpukan materi organik.

Narasumber menekankan bahwa kedua aspek ini tidak dapat dipisahkan dan harus dilakukan secara simultan. Mereka juga menyoroti pentingnya keterlibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan gambut serta kebutuhan untuk merevisi pendekatan tata ruang yang ada. Tantangan utama adalah bahwa pembentukan gambut membutuhkan waktu ribuan tahun, sementara kerusakannya dapat terjadi dalam waktu singkat. Oleh karena itu, pencegahan dan pengelolaan yang tepat sangatlah kritis untuk melestarikan ekosistem gambut yang unik ini.

  • kategori.txt
  • Last modified: 2024/12/15 23:49
  • by Tia Setiawati