Nepenthes Clipeata NEPENTHES CLIPEATA
Nepenthes Clipeata atau biasa yang dikenal sebagai kantong semar adalah tumbuhan karnivora. Nepenthes biasanya ditemukan dan hidup pada substrat edafik yang tidak subur seperti pasir putih hutan, padang rumput, tanah ultrabasa, hutan pegunungan dan yang lebih jarang, tanah kapur. Tumbuhan ini memiliki penyebaran luas, baik dataran rendah atau daratan tinggi. Kantong semar biasanya tumbuh di tanah yang miskin unsur hara karena itu ujung daun nepenthes terdapat sulur membentuk kantong untuk merangkap mangsa seperti serangga demi memenuhi nutrisi yang tidak tersedia dari habitat asli.
Nepenthes Clipeata yang hanya bisa ditemukan di Gunung Kelam yang berada di Sintang, Kalimantan Barat. Gunung Kelam adalah batu monolit granit yang besar - salah satu yang terbesar di dunia, Terletak di Kecamatan Permai, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, sekitar 20 km dari kota Sintang dan dilindungi sebagai Taman Wisata Alam dengan luas 520 hektar. Batu monolit ini memiliki tebing yang sangat curam.
Nepenthes Clipeata adalah spesies sangat langka. Ditemukan pertama kali oleh Danser (Citation 1928 Danser BH The Nepenthes of the Dutch Indies . Bulletin du Jardin Botanique de Buitenzorg Série III. 9: 249 – 438). Populasi N. clipeata endemik ini sangat berkurang karena pengumpulan berlebihan akibat pemanenan tanaman ilegal dan kebakaran. Populasinya berada dalam situasi genting di alam liar dengan laporan pengumpulan tanaman ilegal pada tahun 2019 oleh 'pemburu' tanaman terampil dan menurut International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), spesies ini masuk dalam klasifikasi Critically Endangered (CE).
Nepenthes clipeata tumbuh di tempat terbuka yang langsung terkena sinar matahari pada tebing batu atau di tempat yang airnya mengalir yang media tanamnya adalah lumut dan humus (Sphagnum cuspidatum Ehrh. ex Hoffm.; Sphagnaceae) yang berasosiasi dengan rumput lambang (Panicum sarmentosum Roxb.; Poaceae). Beberapa individu N. Clipeata juga ditemukan tumbuh di bawah naungan pohon embun (Seorsus aequatorius Rye & Trudgen; Myrtaceae) pada lereng batu yang berasosiasi dengan rerumputan dan alang-alang (Panicum sarmentosum dan Scleria oblata STBlake ex J.Kern; Cyperaceae). Meskipun N. Clipeata ditemukan tumbuh di bawah naungan pepohonan, namun ia hanya tumbuh di permukaan tanah dan secara epifit.
Populasinya sangat teragregasi, yang berarti bahwa mereka mungkin menghadapi risiko lebih besar dari para kolektor yang kemungkinan akan menemukan tanaman tambahan setelah tanaman awal ditemukan. Hal yang menggembirakan adalah pemerintah setempat menerapkan upaya untuk mencegah perburuan N. clipeata dengan memblokir akses para pendaki ke habitatnya, menerapkan keamanan yang lebih ketat di pintu masuk Taman Nasional dan menerapkan sanksi hukum terhadap pemburu liar (Pontianak Tribune 2020). Namun, dengan populasi yang begitu kecil, kelangsungan keberadaan Nepenthes Clipeata di alam liar masih lemah.
Upaya konservasi telah diusulkan termasuk teknik perbanyakan untuk membawa tanaman ke dalam budidaya, membanjiri pasar dengan tanaman budidaya dan dengan begitu mengurangi twkanan pada populasi alami yang tersisa.
Nepenthes clipeata masih bertahan di alam liar disatu-satunya lokasi yang diketahui dengan jumlah yang sangat rendah dan rasio jenis kelamin yang tidak seimbang yaitu lebih banyak jantan daripada betina. Perburuan tumbuhan secaera ilegal masih terjadi, menandakan bahwa tindakan konservasi sangat diperlukan demi keberlangsungan spesies ini.