Differences
This shows you the differences between two versions of the page.
Both sides previous revision Previous revision Next revision | Previous revision | ||
budaya:besonor [2022/10/21 03:41] – Yusi Septriandi | budaya:besonor [2023/02/03 15:30] (current) – Diki Wahyu | ||
---|---|---|---|
Line 1: | Line 1: | ||
====== Besonor ====== | ====== Besonor ====== | ||
- | < | + | |
+ | **Besonor** merupakan salah satu kegiatan yang “identik” dengan masyarakat di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Besonor merupakan budidaya padi yang dilakukan pada lahan rawa gambut bekas terbakar. Kegiatan sejenis dengan sonor umum dilakukan oleh masyarakat petani di beberapa daerah yang berada di pantai timur Pulau Sumatera. Kegiatan sonor dilakukan dengan menghamburkan benih padi pada lahan gambut bekas terbakar. Setelah benih ditabur, lahan kemudian ditinggalkan tanpa pemeliharaan. Masyarakat kembali lagi ke lokasi besonor sekitar 4 bulan kemudian untuk memanen padi. Pada awalnya besonor dilakukan oleh masyarakat dalam skala kecil setelah terjadi kebakaran di hutan rawa gambut. Kondisi hutan rawa gambut yang masih lembab menyebabkan kebakaran hutan rawa gambut tidak luas, sehingga luasan areal besonor juga terbatas. Budidaya sonor mulai menjadi kegiatan yang mempunyai skala cukup besar dan berulang sejak kebakaran hutan rawa gambut yang terjadi pada musim kemarau panjang tahun 1961 yang berulang pada tahun 1963, 1967, 1969, 1973. Selanjutnya, | ||
+ | |||
+ | Pada musim kemarau pendek - sedang (3-4 bulan kering pertahun) masyarakat mrmanfaatkan lahan rawa gambut hanya untuk mencari ikan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, | ||
{{tag> | {{tag> | ||