Oksidasi Gambut
Gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigGambut
<[lahan gambut]Ekosistem Gambut Primer di Laboratorium Alam CIMPTROP, Kalimantan Tengah>
Gambut merupakan material organik yang terbentuk secara alami berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna dengan ketebalan 50 (lima puluh) centimeter atau lebih dan terakumulasi pada areal rawa. Secara harfiah Gambut berasal dari bahasa Banjar untuk menyebut tanah non-mineral yang berasal dari akumulasi bahan organik yang tidak terdekomposisi sempurna pada daerah depresi. Bany… merupakan salah satu penghasil karbon terbesar didunia. Menurut Yuliana (2022), lapisan gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigGambut
<[lahan gambut]Ekosistem Gambut Primer di Laboratorium Alam CIMPTROP, Kalimantan Tengah>
Gambut merupakan material organik yang terbentuk secara alami berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna dengan ketebalan 50 (lima puluh) centimeter atau lebih dan terakumulasi pada areal rawa. Secara harfiah Gambut berasal dari bahasa Banjar untuk menyebut tanah non-mineral yang berasal dari akumulasi bahan organik yang tidak terdekomposisi sempurna pada daerah depresi. Bany… mengandung banyak bahan organik dengan tingkat persentase sebesar > 75%, bahan organik ini berasal dari sersah-sersah, ranting pohon, dan akar-akar tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna.
Oksidasi/Dekomposisi Gambut
Pengelolaan lahan gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigLahan Gambut
Lahan gambut merupakan bagian dari lanskap ekosistem gambut, salah satu ekosistem khas lahan basah yang dimiliki Indonesia. Gambut berasal dari tanah yang terdapat akumulasi sisa-sisa makhluk hidup yang melapuk, mengandung bahan organik >12% dengan ketebalan lebih dari 50 cm memiliki dampak yang signifikan terhadap keseimbangan karbon dalam ekosistem tersebut. Salah satu faktor utama yang memengaruhi keseimbangan karbon adalah oksidasi gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigGambut
<[lahan gambut]Ekosistem Gambut Primer di Laboratorium Alam CIMPTROP, Kalimantan Tengah>
Gambut merupakan material organik yang terbentuk secara alami berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna dengan ketebalan 50 (lima puluh) centimeter atau lebih dan terakumulasi pada areal rawa. Secara harfiah Gambut berasal dari bahasa Banjar untuk menyebut tanah non-mineral yang berasal dari akumulasi bahan organik yang tidak terdekomposisi sempurna pada daerah depresi. Bany…, yang terjadi ketika terjadi penurunan muka air tanah, mempercepat proses dekomposisi aerobik karena adanya oksigen di lapisan gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigGambut
<[lahan gambut]Ekosistem Gambut Primer di Laboratorium Alam CIMPTROP, Kalimantan Tengah>
Gambut merupakan material organik yang terbentuk secara alami berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna dengan ketebalan 50 (lima puluh) centimeter atau lebih dan terakumulasi pada areal rawa. Secara harfiah Gambut berasal dari bahasa Banjar untuk menyebut tanah non-mineral yang berasal dari akumulasi bahan organik yang tidak terdekomposisi sempurna pada daerah depresi. Bany… (Berglund et al., 2011). Proses dekomposisi gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigGambut
<[lahan gambut]Ekosistem Gambut Primer di Laboratorium Alam CIMPTROP, Kalimantan Tengah>
Gambut merupakan material organik yang terbentuk secara alami berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna dengan ketebalan 50 (lima puluh) centimeter atau lebih dan terakumulasi pada areal rawa. Secara harfiah Gambut berasal dari bahasa Banjar untuk menyebut tanah non-mineral yang berasal dari akumulasi bahan organik yang tidak terdekomposisi sempurna pada daerah depresi. Bany… bersama respirasi akar tanaman berkontribusi terhadap emisi karbon, dengan respirasi akar menyumbang sekitar 27-63% dari emisi CO2 (Berglund et al., 2011).
Selain itu, aktivitas manusia seperti alih fungsi lahan dari hutan menjadi lahan pertanian, terutama melalui pembuatan saluran drainase, dapat menyebabkan penurunan muka air tanah dan subsiden. Hal ini mengakibatkan perubahan penggunaan lahan yang pada akhirnya mempengaruhi cadangan karbon, baik melalui pembakaran maupun dekomposisi (Rieley et al., 2006). Upaya dalam memperlambat oksidasi pada tanah gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigGambut
<[lahan gambut]Ekosistem Gambut Primer di Laboratorium Alam CIMPTROP, Kalimantan Tengah>
Gambut merupakan material organik yang terbentuk secara alami berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna dengan ketebalan 50 (lima puluh) centimeter atau lebih dan terakumulasi pada areal rawa. Secara harfiah Gambut berasal dari bahasa Banjar untuk menyebut tanah non-mineral yang berasal dari akumulasi bahan organik yang tidak terdekomposisi sempurna pada daerah depresi. Bany… dengan hati-hati dalam pembuatan saluran drainase merupakan pendekatan yang perlu dipertimbangkan (Woosten et al., 2006), karena intervensi manusia dapat mengubah struktur dan fungsi lahan gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigLahan Gambut
Lahan gambut merupakan bagian dari lanskap ekosistem gambut, salah satu ekosistem khas lahan basah yang dimiliki Indonesia. Gambut berasal dari tanah yang terdapat akumulasi sisa-sisa makhluk hidup yang melapuk, mengandung bahan organik >12% dengan ketebalan lebih dari 50 cm secara cepat, kecuali jika pengelolaan air dilakukan dengan tepat. Terlebih lagi, selain dari proses dekomposisi organik, emisi CO2 juga disebabkan oleh kebakaran lahan gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigKebakaran Lahan Gambut
<[hutan_gambut_bekas_terbakar_kalimantan_tengah.jpg]Hutan Gambut Bekas Terbakar, Kalimantan Tengah>
Kebakaran lahan gambut (peatland fire) merupakan fenomena yang sering terjadi di daerah Kalimantan dan Sumatera sebagai penyimpan gambut terbesar di Indonesia. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat pada bulan Januari hingga September 2019, yang mengubah peran gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigGambut
<[lahan gambut]Ekosistem Gambut Primer di Laboratorium Alam CIMPTROP, Kalimantan Tengah>
Gambut merupakan material organik yang terbentuk secara alami berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna dengan ketebalan 50 (lima puluh) centimeter atau lebih dan terakumulasi pada areal rawa. Secara harfiah Gambut berasal dari bahasa Banjar untuk menyebut tanah non-mineral yang berasal dari akumulasi bahan organik yang tidak terdekomposisi sempurna pada daerah depresi. Bany… dari penampung karbon menjadi sumber karbon ke atmosfer (Dariah et al., 2011). Ini menunjukkan bahwa lahan gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigLahan Gambut
Lahan gambut merupakan bagian dari lanskap ekosistem gambut, salah satu ekosistem khas lahan basah yang dimiliki Indonesia. Gambut berasal dari tanah yang terdapat akumulasi sisa-sisa makhluk hidup yang melapuk, mengandung bahan organik >12% dengan ketebalan lebih dari 50 cm tropis memiliki potensi emisi karbon yang signifikan dan sangat rentan terhadap perubahan iklim serta aktivitas manusia (Page et al., 2011).
Daftar Pustaka
Berglund Ö, Berglund K. 2011. Influence of Water Table Level and Soil Properties on Emissions of Greenhouse Gases from Cultivated Peat Soil. Soil Biology & Biochemistry. 43:923-931
Dariah, A., Erni Susanti., F. Agus. 2011. Simanan Karbon dan Emisi CO2 Di Lahan Gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigLahan Gambut
Lahan gambut merupakan bagian dari lanskap ekosistem gambut, salah satu ekosistem khas lahan basah yang dimiliki Indonesia. Gambut berasal dari tanah yang terdapat akumulasi sisa-sisa makhluk hidup yang melapuk, mengandung bahan organik >12% dengan ketebalan lebih dari 50 cm. Pengelolaan Lahan Gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigLahan Gambut
Lahan gambut merupakan bagian dari lanskap ekosistem gambut, salah satu ekosistem khas lahan basah yang dimiliki Indonesia. Gambut berasal dari tanah yang terdapat akumulasi sisa-sisa makhluk hidup yang melapuk, mengandung bahan organik >12% dengan ketebalan lebih dari 50 cm Berkelanjutan. Balai Penelitian Tanah. p. 56- 72
Page, S E., Siegert F, Rieley JO, Boehm HDV, Jaya A, Limin SH. 2002. The amount of carbon released from peat and forest fires in Indonesia during 1997. Nature. 420(202):61-65
Rieley, J.O., A.A. Ahmad-shah & M.A. Brady. 1996. The extent and nature of tropical pat swamps. Dalam: E. Maltby, C.P. Immirzi & R.J. Safford (eds). Tropical Lowland Peatlands of Southeast Asia. Proceedings of a Workshop on Integrated Planning and Management of Tropical Lowland Peatlands. IUCN. Gland, Switzerland. Hal 17-53
Wösten JHM, Clymans E, Page SE, Rieley JO, Limin SH. 2008. Peat–water Interrelationships in A Tropical Peatland Ecosystem in Southeast Asia. Catena. 73:212–224
Yuliana, R. (2022). Manfaat dan Fungsi Lahan Gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigLahan Gambut
Lahan gambut merupakan bagian dari lanskap ekosistem gambut, salah satu ekosistem khas lahan basah yang dimiliki Indonesia. Gambut berasal dari tanah yang terdapat akumulasi sisa-sisa makhluk hidup yang melapuk, mengandung bahan organik >12% dengan ketebalan lebih dari 50 cm Bagi Kehidupan Masyarakat. Prosiding Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (PISIP), 2 (1), 152-156.