ekosistem:konservasi_dan_tata_ruang_lahan_gambut

Konservasi dan Tata Ruang Lahan Gambut

Lahan gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigLahan Gambut

Lahan gambut merupakan bagian dari lanskap ekosistem gambut, salah satu ekosistem khas lahan basah yang dimiliki Indonesia. Gambut berasal dari tanah yang terdapat akumulasi sisa-sisa makhluk hidup yang melapuk, mengandung bahan organik >12% dengan ketebalan lebih dari 50 cm
merupakan ekosistem yang sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan di Indonesia. Dengan karakteristik unik berupa akumulasi bahan organik selama ribuan tahun, gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigGambut

<[lahan gambut]Ekosistem Gambut Primer di Laboratorium Alam CIMPTROP, Kalimantan Tengah>

Gambut merupakan material organik yang terbentuk secara alami berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna dengan ketebalan 50 (lima puluh) centimeter atau lebih dan terakumulasi pada areal rawa. Secara harfiah Gambut berasal dari bahasa Banjar untuk menyebut tanah non-mineral yang berasal dari akumulasi bahan organik yang tidak terdekomposisi sempurna pada daerah depresi. Bany…
berfungsi sebagai penyimpan karbon yang sangat besar, pengatur tata air, dan habitat bagi keanekaragaman hayati. Namun, tekanan dari konversi lahan, kebakaran, dan degradasi telah menyebabkan dampak serius terhadap iklim global, kesehatan masyarakat, dan ekonomi lokal (Page et al., 2011; Putra & Lee, 2023).

Salah satu pendekatan penting adalah penetapan zona fungsi lindung berdasarkan kedalaman gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigGambut

<[lahan gambut]Ekosistem Gambut Primer di Laboratorium Alam CIMPTROP, Kalimantan Tengah>

Gambut merupakan material organik yang terbentuk secara alami berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna dengan ketebalan 50 (lima puluh) centimeter atau lebih dan terakumulasi pada areal rawa. Secara harfiah Gambut berasal dari bahasa Banjar untuk menyebut tanah non-mineral yang berasal dari akumulasi bahan organik yang tidak terdekomposisi sempurna pada daerah depresi. Bany…
(>3 meter) dan fungsi hidrologisnya. Kawasan dengan fungsi konservasi tinggi seperti cagar biosfer, taman nasional, dan hutan lindung gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigGambut

<[lahan gambut]Ekosistem Gambut Primer di Laboratorium Alam CIMPTROP, Kalimantan Tengah>

Gambut merupakan material organik yang terbentuk secara alami berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna dengan ketebalan 50 (lima puluh) centimeter atau lebih dan terakumulasi pada areal rawa. Secara harfiah Gambut berasal dari bahasa Banjar untuk menyebut tanah non-mineral yang berasal dari akumulasi bahan organik yang tidak terdekomposisi sempurna pada daerah depresi. Bany…
harus diprioritaskan dalam perlindungan. Fungsi hidrologis gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigGambut

<[lahan gambut]Ekosistem Gambut Primer di Laboratorium Alam CIMPTROP, Kalimantan Tengah>

Gambut merupakan material organik yang terbentuk secara alami berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna dengan ketebalan 50 (lima puluh) centimeter atau lebih dan terakumulasi pada areal rawa. Secara harfiah Gambut berasal dari bahasa Banjar untuk menyebut tanah non-mineral yang berasal dari akumulasi bahan organik yang tidak terdekomposisi sempurna pada daerah depresi. Bany…
sebagai penyimpan air, pengatur iklim mikro, dan pencegah intrusi air laut menjadikannya elemen vital dalam menjaga keseimbangan ekosistem (GGGI, 2020; WRI Indonesia, 2025).

Integrasi peta ekosistem gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigEkosistem Gambut

Ekosistem Gambut di Indonesia

Lahan gambut di Indonesia adalah tempat penyimpanan biodiversitas unik yang penting, mencegah intrusi air laut asin ke daerah pedalaman, dan memberikan efek pendinginan di sekitar area tersebut karena menyimpan air yang tinggi (Parish et al., 2012). Sebagian besar
ke dalam RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) provinsi dan kabupaten sangat diperlukan untuk memastikan perlindungan yang konsisten dan berbasis data. Tantangan utama meliputi tumpang tindih perizinan, perubahan fungsi lahan yang tidak terkendali, serta lemahnya pengawasan tata guna lahan. Zonasi berbasis fungsi ekosistem dapat menjadi solusi untuk mencegah degradasi berulang dan konflik pemanfaatan lahan (BRGM, 2019; WRI Indonesia, 2018).

Pendekatan landscape-based protection yang diadopsi dari model World Resources Institute (WRI) menekankan pentingnya delineasi kawasan konservasi berbasis lanskap, bukan sekadar batas administratif. Hal ini memungkinkan pengelolaan yang lebih holistik dan adaptif terhadap kondisi biofisik dan sosial budaya setempat. Sinkronisasi antara RPPEG (Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigRencana Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut (RPPEG)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2014 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
), RTRW, KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis), RAN-GRK (Rencana Aksi Nasional Gas Rumah Kaca), dan rencana restorasi BRGM menjadi kunci dalam mewujudkan tata kelola gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigGambut

<[lahan gambut]Ekosistem Gambut Primer di Laboratorium Alam CIMPTROP, Kalimantan Tengah>

Gambut merupakan material organik yang terbentuk secara alami berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna dengan ketebalan 50 (lima puluh) centimeter atau lebih dan terakumulasi pada areal rawa. Secara harfiah Gambut berasal dari bahasa Banjar untuk menyebut tanah non-mineral yang berasal dari akumulasi bahan organik yang tidak terdekomposisi sempurna pada daerah depresi. Bany…
yang efektif dan berkelanjutan (GIZ, 2025; WRI Indonesia, 2023).

Page, S. E., Rieley, J. O., & Banks, C. J. (2011). Global and regional importance of the tropical peatland carbon pool. Global Change Biology, 17(2), 798–818. https://doi.org/10.1111/j.1365-2486.2010.02279.x

Putra, A. B., & Lee, C. B. (2023). Indonesia’s tropical peatlands revisited: Area, depth, carbon potential, and their importance. Journal of Tropical Forest Science, 36(1), 105–120. https://doi.org/10.26525/jtfs2024.36.1.105

GGGI. (2020). Enabling green growth in Indonesia’s peatlands: Insight brief. Global Green Growth Institute. https://gggi.org/wp-content/uploads/2020/11/Indonesia-Peat-Insight-Brief_October2020_tentative.pdf

WRI Indonesia. (2025). Protecting the landscape of Tanah Papua. World Resources Institute. https://wri-indonesia.org/en/initiatives/protecting-landscape-tanah-papua

BRGM. (2019). Three years of peatland restoration in Indonesia. Badan Restorasi Gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigGambut

<[lahan gambut]Ekosistem Gambut Primer di Laboratorium Alam CIMPTROP, Kalimantan Tengah>

Gambut merupakan material organik yang terbentuk secara alami berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna dengan ketebalan 50 (lima puluh) centimeter atau lebih dan terakumulasi pada areal rawa. Secara harfiah Gambut berasal dari bahasa Banjar untuk menyebut tanah non-mineral yang berasal dari akumulasi bahan organik yang tidak terdekomposisi sempurna pada daerah depresi. Bany…
. https://brgm.go.id/wp-content/uploads/2019/06/3-years-peatland-restoration-inindonesia_eng-pmk_without-track-changes_edit-layout.pdf

GIZ. (2025). Promoting peatland conservation efforts across Indonesia. Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit. https://www.giz.de/en/worldwide/209784.html

  • ekosistem/konservasi_dan_tata_ruang_lahan_gambut.txt
  • Last modified: 2025/07/16 04:44
  • by Jihan Sarotama