ekosistem_gambut:ayam_kampung

Ayam kampung

ayamkampungfotocomunity.jpgAyam kampung (Gallus gallus domesticus) merupakan salah satu rumpun ayam asli Indonesia dengan sebaran yang luas. Jenis ayam ini memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap lingkungan yang tropis, relatif tahan terhadap infeksi Salmonella sp. serta menghasilkan daging dengan kandungan kolesterol yang rendah, yaitu 59,65 mg per 100 g. Ayam kampung tersebut mempunyai penyebaran sangat luas di seluruh wilayah Indonesia dan berpotensi baik sebagai produksi daging dan telur yang dihasilkan untuk mendukung perkembangan peternakan di Indonesia.

  • Kingdom: Animalia
  • Filum: Chordata (mempunyai penyokong dalam tubuh)
  • Kelas: Aves (burung)
  • Ordo: Galliformes (burung bertubuh berat)
  • Famili: Phasianidae (unggas tanah)
  • Genus: Gallus
  • Spesies: Gallus gallus
  • Varietas: G. g. domesticus.

Ciri-ciri ayam kampung terdapat pada warna bulu ayam yang sangat bervariasi. Ayam jantan memiliki warna lurik kuning, bulu pada bagian punggung dan dada berwarna hitam, sedangkan bulu ekornya tampak hitam dengan kilau kehijauan. Sedangkan, pada ayam kampung betina umumnya berwarna lurik abu-abu pada leher punggung dan sayap, sementara pada bulu dada dan bulu ekor berwarna putih.

Ayam kampung asli Indonesia yang telah beradaptasi, hidup, berkembang, dan berproduksi dalam jangka waktu yang lama, baik di kawasan habitat tertentu maupun di beberapa tempat.

Pemanfaatan lahan gambut memiliki peran yang sangat penting. Persebaran lahan gambut di Indonesia cukup luas, terutama di Pulau Kalimantan dan Sumatera. Kondisi lahan gambut beragam, namun lebih banyak tidak termanfaatkan atau belum dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Selain berfungsi menjaga ekosistem dari kerusakan, pemanfaatan lahan gambut juga dibutuhkan karena semakin berkurangnya lahan pertanian. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh peternak adalah menjadikan lahan gambut sebagai area penggembalaan atau pedok free-range ternak ayam. Lahan gambut didominasi oleh tanaman pakis yang memiliki kandungan serat kasarnya tinggi, sehingga dapat disarankan untuk mengembangkan sistem free-range dengan introduksi hijauan yang unggul.

Peternakan ayam dengan sistem free-range dapat dilakukan apabila berbagai persyaratan teknis terpenuhi. Kepadatan ayam di padang pengembalaan yang moderat yanki maksimak 10.000 ekor/ha. Ayam dalam sistem pemeliharan free-range menunjukkan indikator kesejarahteraan yang lebih baik.

  • Fitra, D. Kajian Pengembangan Ayam Kampung (Gallus gallus domesticus) di Lahan Gambut dengan Sistem Free-Range (Doctoral dissertation, IPB University).
  • Fitra, D., Ulupi, N., Arief, I. I., Mutia, R., Abdullah, L., & Erwan, E. (2021). Pengembangan peternakan ayam sistem free-range. Wartazoa, 31(4), 175-184.
  • Hendriyanto, W. (2019). Panduan Beternak & Berbisnis Ayam Kampung. LAKSANA.
  • Nangoy, F. J., & Karisoh, L. C. (2018). Pemberdayaan masyarakat pedesaan pada ayam kampung pasawungen di Desa Pahaleten Kecamatan Kakas Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal LPPM Bidang Sains dan Teknologi, 5(2), 57-66.
  • Rasyaf, I. M. (2011). Beternak ayam kampung. Penebar Swadaya Grup.
  • SUTAMA, I. S., Susila, T. G. O., Lindawati, S. A., Indrawati, R. R., & ARIANA, I. T. (2010). Pengaruh penggunaan prebiotik dalam ransum terhadap profil lipid serum dan kolesterol daging ayam kampong. Majalah Ilmiah Peternakan, 13(3), 164210.
  • Ulupi, N., & Ihwantoro, T. T. (2014). Gambaran darah ayam kampung dan ayam petelur komersial pada kandang terbuka di daerah tropis. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan, 2(1), 219-223.
  • Yaman, I. M. A. (2012). Ayam Kampung Unggul. PT Niaga Swadaya.
  • ekosistem_gambut/ayam_kampung.txt
  • Last modified: 2025/11/26 09:24
  • by Sephira Tiara Dwi