penghidupan:hortikultura

This is an old revision of the document!


Hortikultura

Hortikultura sebagai ilmu yang mempelajari mengenai budidaya tanaman sayuran, buah-buahan, bunga-bungaan dan tanaman hias. Hortikultura juga merupakan salah satu sub sektor dalam pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Seiring bertambahnya jumlah penduduk turut menyebabkan meningkatnya kebutuhan dan konsumsi produk pertanian. Hortikultura saat ini menjadi komoditas yang menguntungkan dan termasuk kedalam komoditas komersial berekonomi tinggi. Tanaman hortikultura juga bisa ditanam di lahan gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigLahan Gambut

Lahan gambut merupakan bagian dari lanskap ekosistem gambut, salah satu ekosistem khas lahan basah yang dimiliki Indonesia. Gambut berasal dari tanah yang terdapat akumulasi sisa-sisa makhluk hidup yang melapuk, mengandung bahan organik >12% dengan ketebalan lebih dari 50 cm
dangkal.

Karakteristik tanaman hortikultura menurut Food and Agriculture Organization (FAO) :

  1. Produksi musiman, beberapa di antaranya tidak tersedia sepanjang tahun. Jika di Indonesia misalnya durian, langsat, rambutan, hingga manggis.
  2. Membutuhkan volume ruang yang besar sehingga menyebabkan biaya transportasi menjadi besar dan harga pasar menjadi tinggi.
  3. Memiliki area penanaman yang sangat spesifik (geografi) atau menuntut agroklimat spesifik.
  4. Memiliki nilai estetika, sehingga harus memenuhi keinginan masyarakat luas. Situasi ini sangat sulit karena tergantung pada cuaca, serangan hama dan penyakit, tetapi dengan biaya penyembuhan kesulitan dapat diatasi.
  5. Mudah atau cepat busuk, tetapi selalu dibutuhkan setiap hari dalam keadaan segar. Sejak panen, pasar membutuhkan penanganan yang hati-hati dan efisien karena akan mempengaruhi kualitas dan harga pasar.

Olerikultura (Tanaman sayur)
Olerikultura merupakan cabang hortikultura yang memfokuskan pada budidaya tanaman sayur. Tanaman sayur umumnya memiliki siklus panen pendek, bernilai ekonomi harian, dan dikonsumsi dalam keadaan segar atau diolah secara ringan. Olerikultura melibatkan teknik budidaya intensif karena permintaan konsisten sepanjang tahun.
Contoh tanaman olerikultura antara lain kangkung, bayam, sawi, cabai, tomat, terung, dan buncis. Di lahan gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigLahan Gambut

Lahan gambut merupakan bagian dari lanskap ekosistem gambut, salah satu ekosistem khas lahan basah yang dimiliki Indonesia. Gambut berasal dari tanah yang terdapat akumulasi sisa-sisa makhluk hidup yang melapuk, mengandung bahan organik >12% dengan ketebalan lebih dari 50 cm
dangkal, tanaman seperti tomat, cabai, dan bayam memiliki potensi adaptasi cukup tinggi, terutama jika didukung manajemen air dan pH yang tepat.


Frutikultura (Tanaman buah)
Frutikultura adalah ilmu yang berkaitan dengan penanaman tanaman buah, baik dalam skala pekarangan maupun kebun produksi. Tanaman buah umumnya memiliki siklus panen musiman dan memerlukan masa tanam yang lebih panjang dibanding sayur. Frutikultura mencakup pemilihan varietas, pemangkasan, hingga pengendalian hama dan pascapanen.
Contoh tanaman buah meliputi mangga, durian, pisang, pepaya, semangka, nanas, dan rambutan. Beberapa buah, seperti nanas dan pisang, cocok ditanam di lahan gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigLahan Gambut

Lahan gambut merupakan bagian dari lanskap ekosistem gambut, salah satu ekosistem khas lahan basah yang dimiliki Indonesia. Gambut berasal dari tanah yang terdapat akumulasi sisa-sisa makhluk hidup yang melapuk, mengandung bahan organik >12% dengan ketebalan lebih dari 50 cm
, asalkan kondisi air terkendali dan unsur hara mencukupi.


Florikultura (Tanaman bunga)
Florikultura mencakup budidaya tanaman hias dan bunga-bungaan yang memiliki nilai estetika dan komersial yang cukup tinggi. Jenis ini mencakup bunga potong, tanaman taman, hingga tanaman indoor. Selain menyasar pasar domestik, florikultura memiliki potensi ekspor kuat, terutama untuk bunga krisan, anggrek, mawar, dan gladiol.
Di beberapa daerah lahan gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigLahan Gambut

Lahan gambut merupakan bagian dari lanskap ekosistem gambut, salah satu ekosistem khas lahan basah yang dimiliki Indonesia. Gambut berasal dari tanah yang terdapat akumulasi sisa-sisa makhluk hidup yang melapuk, mengandung bahan organik >12% dengan ketebalan lebih dari 50 cm
tinggi, bunga seperti krisan dan heliconia dapat tumbuh dengan baik bila sistem drainase dan pH terkendali, menjadikannya komoditas ramah lingkungan sekaligus bernilai ekonomi tinggi.

Biofarmaka (Tanaman obat)
Biofarmaka mengacu pada budidaya tanaman berkhasiat obat yang digunakan dalam pengobatan tradisional maupun industri fitofarmaka. Tanaman ini kaya senyawa aktif seperti alkaloid, flavonoid, dan minyak atsiri. Contohnya antara lain jahe, kunyit, kencur, temulawak, sambiloto, dan daun sirih. Di lahan gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigLahan Gambut

Lahan gambut merupakan bagian dari lanskap ekosistem gambut, salah satu ekosistem khas lahan basah yang dimiliki Indonesia. Gambut berasal dari tanah yang terdapat akumulasi sisa-sisa makhluk hidup yang melapuk, mengandung bahan organik >12% dengan ketebalan lebih dari 50 cm
, budidaya tanaman obat dapat menjadi alternatif ekonomi yang selaras dengan pelestarian karena umumnya tidak memerlukan pemupukan dan pengolahan lahan berat.

Prinsip hortikultura ramah gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigGambut

<[lahan gambut]Ekosistem Gambut Primer di Laboratorium Alam CIMPTROP, Kalimantan Tengah>

Gambut merupakan material organik yang terbentuk secara alami berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna dengan ketebalan 50 (lima puluh) centimeter atau lebih dan terakumulasi pada areal rawa. Secara harfiah Gambut berasal dari bahasa Banjar untuk menyebut tanah non-mineral yang berasal dari akumulasi bahan organik yang tidak terdekomposisi sempurna pada daerah depresi. Bany…
menekankan pendekatan budidaya yang menjaga integritas ekosistem tanah gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigGambut

<[lahan gambut]Ekosistem Gambut Primer di Laboratorium Alam CIMPTROP, Kalimantan Tengah>

Gambut merupakan material organik yang terbentuk secara alami berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna dengan ketebalan 50 (lima puluh) centimeter atau lebih dan terakumulasi pada areal rawa. Secara harfiah Gambut berasal dari bahasa Banjar untuk menyebut tanah non-mineral yang berasal dari akumulasi bahan organik yang tidak terdekomposisi sempurna pada daerah depresi. Bany…
sembari tetap memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat. Salah satu strategi utama adalah penggunaan teknik budidaya rendah input seperti mulsa organik dari jerami atau daun kering untuk menjaga kelembapan tanah dan menekan gulma, pemupukan dengan kompos padat atau bokashi untuk meningkatkan kandungan bahan organik tanpa memicu keasaman ekstrem, serta irigasi tetes guna mengontrol air secara efisien tanpa membanjiri atau mengeringkan lahan secara drastis.

Penyesuaian desain bedengan juga penting, terutama di lahan gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigLahan Gambut

Lahan gambut merupakan bagian dari lanskap ekosistem gambut, salah satu ekosistem khas lahan basah yang dimiliki Indonesia. Gambut berasal dari tanah yang terdapat akumulasi sisa-sisa makhluk hidup yang melapuk, mengandung bahan organik >12% dengan ketebalan lebih dari 50 cm
dangkal. Bedengan sebaiknya tidak terlalu dalam atau terlalu tinggi, agar tidak merusak struktur gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigGambut

<[lahan gambut]Ekosistem Gambut Primer di Laboratorium Alam CIMPTROP, Kalimantan Tengah>

Gambut merupakan material organik yang terbentuk secara alami berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna dengan ketebalan 50 (lima puluh) centimeter atau lebih dan terakumulasi pada areal rawa. Secara harfiah Gambut berasal dari bahasa Banjar untuk menyebut tanah non-mineral yang berasal dari akumulasi bahan organik yang tidak terdekomposisi sempurna pada daerah depresi. Bany…
dan tetap mempertahankan kapilaritas air tanah. Beberapa petani menggunakan metode bedengan selempeng yang menaikkan media tanam secara minimal, cukup untuk menghindari genangan saat hujan namun tetap menjaga akar tetap lembap.

Kombinasi hortikultura dengan sistem agroforestri juga menjadi pendekatan efektif, misalnya dengan menanam tanaman hortikultura semusim (seperti cabai atau jahe) di antara tanaman tahunan seperti pinang, pisang, atau kelapa. Sistem ini tidak hanya menciptakan diversifikasi pendapatan, tapi juga menjaga tutupan vegetasi sepanjang tahun dan mengurangi risiko erosi atau oksidasi gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigGambut

<[lahan gambut]Ekosistem Gambut Primer di Laboratorium Alam CIMPTROP, Kalimantan Tengah>

Gambut merupakan material organik yang terbentuk secara alami berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna dengan ketebalan 50 (lima puluh) centimeter atau lebih dan terakumulasi pada areal rawa. Secara harfiah Gambut berasal dari bahasa Banjar untuk menyebut tanah non-mineral yang berasal dari akumulasi bahan organik yang tidak terdekomposisi sempurna pada daerah depresi. Bany…
.

Hortikultura ramah gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigGambut

<[lahan gambut]Ekosistem Gambut Primer di Laboratorium Alam CIMPTROP, Kalimantan Tengah>

Gambut merupakan material organik yang terbentuk secara alami berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna dengan ketebalan 50 (lima puluh) centimeter atau lebih dan terakumulasi pada areal rawa. Secara harfiah Gambut berasal dari bahasa Banjar untuk menyebut tanah non-mineral yang berasal dari akumulasi bahan organik yang tidak terdekomposisi sempurna pada daerah depresi. Bany…
perlu mempertimbangkan pemilihan varietas tanaman yang toleran terhadap pH rendah dan fluktuasi muka air. Pendekatan ini juga sebaiknya menyertakan rotasi tanaman untuk menjaga keberagaman mikroba tanah dan menghambat akumulasi patogen. Edukasi petani mengenai praktik budidaya konservatif dan pemantauan kondisi tanah secara berkala merupakan langkah krusial untuk menjaga keberlanjutan jangka panjang.

Lahan gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigLahan Gambut

Lahan gambut merupakan bagian dari lanskap ekosistem gambut, salah satu ekosistem khas lahan basah yang dimiliki Indonesia. Gambut berasal dari tanah yang terdapat akumulasi sisa-sisa makhluk hidup yang melapuk, mengandung bahan organik >12% dengan ketebalan lebih dari 50 cm
dangkal memiliki potensi besar sebagai media budidaya tanaman hortikultura, terutama jika dikelola secara ramah lingkungan. Beberapa jenis tanaman terbukti adaptif di lahan ini, antara lain cabai, tomat, semangka, nanas, dan pisang. Tanaman-tanaman tersebut memiliki toleransi terhadap keasaman tanah yang tinggi dan kemampuan bertahan pada kondisi kelembapan tinggi, selama pengelolaan air dilakukan dengan cermat. Nanas dan pisang, misalnya, memiliki sistem perakaran yang dapat menyesuaikan dengan kondisi tanah organik dalam, sementara tomat dan cabai dapat tumbuh optimal jika ditanam di bedengan dangkal dengan drainase terbatas yang disesuaikan.

Pemanfaatan lahan gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigLahan Gambut

Lahan gambut merupakan bagian dari lanskap ekosistem gambut, salah satu ekosistem khas lahan basah yang dimiliki Indonesia. Gambut berasal dari tanah yang terdapat akumulasi sisa-sisa makhluk hidup yang melapuk, mengandung bahan organik >12% dengan ketebalan lebih dari 50 cm
untuk hortikultura secara berkelanjutan juga membawa manfaat dalam konteks rehabilitasi produktif. Pendekatan ini memungkinkan masyarakat mengubah lahan terdegradasi menjadi kawasan produktif tanpa perlu pembakaran yang merusak atau drainase ekstrem yang mempercepat oksidasi gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigGambut

<[lahan gambut]Ekosistem Gambut Primer di Laboratorium Alam CIMPTROP, Kalimantan Tengah>

Gambut merupakan material organik yang terbentuk secara alami berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna dengan ketebalan 50 (lima puluh) centimeter atau lebih dan terakumulasi pada areal rawa. Secara harfiah Gambut berasal dari bahasa Banjar untuk menyebut tanah non-mineral yang berasal dari akumulasi bahan organik yang tidak terdekomposisi sempurna pada daerah depresi. Bany…
. Mempertahankan muka air tanah dan menghindari pengolahan tanah yang dalam membuat kegiatan hortikultura mampu menjadi strategi adaptif yang selaras dengan upaya konservasi. Selain mendukung ketahanan pangan lokal, hal ini juga mengurangi tekanan terhadap perluasan lahan pertanian baru dan membuka peluang ekonomi dari komoditas bernilai tinggi yang dapat diproduksi dari ekosistem gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigEkosistem Gambut

Ekosistem Gambut di Indonesia

Lahan gambut di Indonesia adalah tempat penyimpanan biodiversitas unik yang penting, mencegah intrusi air laut asin ke daerah pedalaman, dan memberikan efek pendinginan di sekitar area tersebut karena menyimpan air yang tinggi (Parish et al., 2012). Sebagian besar
.

Budidaya di lahan gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigLahan Gambut

Lahan gambut merupakan bagian dari lanskap ekosistem gambut, salah satu ekosistem khas lahan basah yang dimiliki Indonesia. Gambut berasal dari tanah yang terdapat akumulasi sisa-sisa makhluk hidup yang melapuk, mengandung bahan organik >12% dengan ketebalan lebih dari 50 cm
menghadapi sejumlah tantangan teknis yang memerlukan penanganan cermat agar tidak menimbulkan degradasi ekologis. Ketebalan gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigGambut

<[lahan gambut]Ekosistem Gambut Primer di Laboratorium Alam CIMPTROP, Kalimantan Tengah>

Gambut merupakan material organik yang terbentuk secara alami berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna dengan ketebalan 50 (lima puluh) centimeter atau lebih dan terakumulasi pada areal rawa. Secara harfiah Gambut berasal dari bahasa Banjar untuk menyebut tanah non-mineral yang berasal dari akumulasi bahan organik yang tidak terdekomposisi sempurna pada daerah depresi. Bany…
yang bervariasi. Terkadang melebihi dua meter dan fluktuasi tinggi muka air tanah sangat memengaruhi perkembangan akar serta penyerapan nutrien tanaman hortikultura. Sistem perakaran dangkal cenderung tidak stabil saat permukaan air naik, sementara akar yang terlalu dalam bisa tergenang dan membusuk.Petani perlu merancang bedengan yang sesuai dan melakukan pemantauan air tanah secara berkala.

Selain itu, tanah gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigGambut

<[lahan gambut]Ekosistem Gambut Primer di Laboratorium Alam CIMPTROP, Kalimantan Tengah>

Gambut merupakan material organik yang terbentuk secara alami berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna dengan ketebalan 50 (lima puluh) centimeter atau lebih dan terakumulasi pada areal rawa. Secara harfiah Gambut berasal dari bahasa Banjar untuk menyebut tanah non-mineral yang berasal dari akumulasi bahan organik yang tidak terdekomposisi sempurna pada daerah depresi. Bany…
bersifat asam dengan pH rendah (umumnya 3–5), sehingga membutuhkan pemupukan spesifik menggunakan kapur dolomit atau pupuk hayati untuk menetralkan keasaman dan meningkatkan ketersediaan unsur hara. Tanaman yang tidak disesuaikan dengan kondisi ini akan menunjukkan gejala defisiensi nutrien, pertumbuhan lambat, hingga gagal panen.

Salah satu risiko paling serius adalah kerusakan struktur tanah jika dilakukan pengeringan secara agresif. Drainase yang terlalu dalam akan mempercepat proses oksidasi bahan organik gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigGambut

<[lahan gambut]Ekosistem Gambut Primer di Laboratorium Alam CIMPTROP, Kalimantan Tengah>

Gambut merupakan material organik yang terbentuk secara alami berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna dengan ketebalan 50 (lima puluh) centimeter atau lebih dan terakumulasi pada areal rawa. Secara harfiah Gambut berasal dari bahasa Banjar untuk menyebut tanah non-mineral yang berasal dari akumulasi bahan organik yang tidak terdekomposisi sempurna pada daerah depresi. Bany…
, melepaskan karbon ke atmosfer dan menyebabkan penurunan permukaan tanah (subsiden) secara bertahap. Selain merugikan lingkungan, subsiden juga mengancam infrastruktur lahan dan membuat wilayah lebih rentan terhadap kebakaran.
Pustaka
Setyanik, D. (2018). Analisis faktor yang mempengaruhi volume impor buah-buahan di Indonesia Periode 2012-2016 (Bachelor's thesis, Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah).

Muharama Yora, S. P. (2024). INOVASI TEKNOLOGI BUDI DAYA TANAMAN BAB. Inovasi Teknologi Budi Daya Tanaman, 60.

Megasari, R., Harahap, D. E., Syahadat, R. M., Wattimena, S., Angelia, I. O., Prasetyo, A., … & Hati, R. P. (2023). Hortikultura.

Hartati, H., Wulandari, Y. S., & Mariyani, S. (2025). Analisis Rantai Pasok Florikultura di Pasar Bunga Rawa Belong, Jakarta Barat. Paspalum: Jurnal Ilmiah Pertanian, 13(1), 28-38.

Arofik, H. N. (2022). Etnobotani dan profil Fitokimia tumbuhan obat oleh masyarakat kawasan Gunung Wilis Kabupaten Tulungagung (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).

Supriyo, A., Noor, M., & Jumberi, A. (2007). Pengelolaan air di lahan gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigLahan Gambut

Lahan gambut merupakan bagian dari lanskap ekosistem gambut, salah satu ekosistem khas lahan basah yang dimiliki Indonesia. Gambut berasal dari tanah yang terdapat akumulasi sisa-sisa makhluk hidup yang melapuk, mengandung bahan organik >12% dengan ketebalan lebih dari 50 cm
untuk pemanfaatan pertanian secara bijaksana (“wise use”).

Masganti, M., Anwar, K., & Susanti, M. A. (2017). Potensi dan pemanfaatan lahan gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigLahan Gambut

Lahan gambut merupakan bagian dari lanskap ekosistem gambut, salah satu ekosistem khas lahan basah yang dimiliki Indonesia. Gambut berasal dari tanah yang terdapat akumulasi sisa-sisa makhluk hidup yang melapuk, mengandung bahan organik >12% dengan ketebalan lebih dari 50 cm
dangkal untuk pertanian. Jurnal Sumberdaya Lahan, 11(1), 43-52.

Rusdiansyah, A., Fitriati, U., Chandrawidjaja, R., Arief Rahman, A., & Riduan, R. (2019). Dasar Pengembangan Lahan Rawa.

  • penghidupan/hortikultura.1752588743.txt.gz
  • Last modified: 2025/07/15 14:12
  • by Jihan Sarotama