satwa:kepiting_rawa

Kepiting Rawa

kepitingrawa.jpgFig. 1: Kepiting Rawa

Kepiting adalah krustasea berkaki sepuluh dari subordo (infraordo) Brachyura, dikenal memiliki “ekor” yang sangat pendek (Yunani: brachy = pendek, ura = ekor), atau memiliki perut (abdomen) yang sepenuhnya tersembunyi di bawah dada (dada). Tubuh kepiting dilindungi oleh cangkang yang sangat keras yang terbuat dari kitin dan dilengkapi dengan sepasang capit. Bagian tubuh kepiting juga terdapat perisai yang terdiri dari zat kapur.

Kepiting dapat ditemukan di semua perairan di dunia. Terdapat dua jenis kepiting, yaitu kepiting air dan kepiting darat. Kepiting air juga memiliki jenis yaitu kepiting air tawar, dan kepiting laut. Ukuran kepitingpun bervariasi, mulai dari kepiting kacang yang lebarnya hanya beberapa milimeter, hingga kepiting laba-laba Jepang, dengan rentang kaki hingga 4 meter.

Salah satu spesies kepiting yang paling banyak hidup di Indonesia adalah kepiting rawa (air tawar). Seperti namanya, jenis ini hidup di rawa-rawa yang banyak terdapat di pedalaman hutan di Indonesia ataupun berada di hutan bakau di pinggiran pantai. Jika dilihat dari ciri fisik, maka ada beberapa ciri khusus yang melekat. Kepiting rawa memiliki ukuran badan yang sedikit lebih besar, bundar dan juga tebal. Selain itu, tubuh kepiting memiliki lapisan yang tebal dengan warna kecokelatan atau hijau tua kemerah-merahan.

Kepiting rawa atau ketam adalah hewan yang diperjualbelikan untuk dikonsumsi. Biasanya kepiting rawa yang dijual dapat hidup alami di alam liar maupun dapat dibudidayakan. Salah satu contohnya yaitu budidaya di lahan gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigLahan Gambut

Lahan gambut merupakan bagian dari lanskap ekosistem gambut, salah satu ekosistem khas lahan basah yang dimiliki Indonesia. Gambut berasal dari tanah yang terdapat akumulasi sisa-sisa makhluk hidup yang melapuk, mengandung bahan organik >12% dengan ketebalan lebih dari 50 cm
. Kepiting bakau yang dibudidayakan di tambak tanah gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigGambut

<[lahan gambut]Ekosistem Gambut Primer di Laboratorium Alam CIMPTROP, Kalimantan Tengah>

Gambut merupakan material organik yang terbentuk secara alami berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna dengan ketebalan 50 (lima puluh) centimeter atau lebih dan terakumulasi pada areal rawa. Secara harfiah Gambut berasal dari bahasa Banjar untuk menyebut tanah non-mineral yang berasal dari akumulasi bahan organik yang tidak terdekomposisi sempurna pada daerah depresi. Bany…
merupakan cara yang efektif untuk memanfaatkan lahan gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigLahan Gambut

Lahan gambut merupakan bagian dari lanskap ekosistem gambut, salah satu ekosistem khas lahan basah yang dimiliki Indonesia. Gambut berasal dari tanah yang terdapat akumulasi sisa-sisa makhluk hidup yang melapuk, mengandung bahan organik >12% dengan ketebalan lebih dari 50 cm
dan sebagai upaya peningkatan ekonomi. Usaha budidaya ini juga dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar terhadap permintaan bahan baku yang berasal dari kepiting.

Kepiting rawa, yang sering kali mengacu pada kepiting bakau (genus Scylla), memiliki morfologi khas yang membedakannya dari jenis kepiting lainnya. Berikut adalah deskripsi morfologi kepiting rawa secara umum:

1. Bentuk Tubuh

  • Tubuh kepiting rawa berbentuk lebar dan pipih dengan karapas (cangkang) keras yang melindungi organ dalamnya.
  • Warna karapas bervariasi dari hijau kecoklatan, abu-abu, hingga kebiruan, tergantung spesies dan lingkungan tempat hidupnya.

2. Karapas

  • Karapas berbentuk oval dan melebar dengan tekstur yang cukup kasar.
  • Pada bagian depan karapas terdapat beberapa duri yang khas, yang membantu dalam identifikasi spesies.
  • Tepi karapas memiliki tonjolan-tonjolan kecil (spina).

3. Kaki

  • Memiliki lima pasang kaki, di mana:
  • Sepasang pertama berbentuk capit besar dan kuat yang digunakan untuk menangkap makanan dan bertahan dari predator.
  • Empat pasang kaki lainnya digunakan untuk berjalan, dengan kaki belakang yang agak pipih untuk membantu pergerakan di lumpur dan air.

4. Mata dan Antena

  • Mata bertangkai dan dapat bergerak, memungkinkan kepiting melihat dari berbagai sudut.
  • Antena pendek berfungsi sebagai alat sensor untuk mendeteksi lingkungan sekitarnya.

5. Mulut

Mulutnya terdiri dari beberapa bagian rahang kecil yang digunakan untuk menggigit dan menghancurkan makanan sebelum masuk ke sistem pencernaan.

6. Abdomen

Pada kepiting jantan, abdomen berbentuk sempit dan runcing, sedangkan pada betina lebih lebar dan membulat, digunakan untuk membawa telur saat bertelur.

7. Sistem Respirasi

Bernafas menggunakan insang yang terletak di dalam rongga karapas, memungkinkan mereka bertahan baik di air maupun di lumpur basah untuk waktu tertentu.

Kepiting rawa memiliki adaptasi morfologi yang memungkinkannya hidup di ekosistem perairan payau seperti hutan bakau dan rawa-rawa, menjadikannya salah satu spesies yang penting dalam ekosistem dan perikanan.

Referensi:

http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/jppi/article/view/5297/4652#

  • satwa/kepiting_rawa.txt
  • Last modified: 2025/02/12 13:27
  • by Elvira Belinda Adisma