Kepiting Rawa
Kepiting adalah krustasea berkaki sepuluh dari subordo (infraordo) Brachyura, dikenal memiliki “ekor” yang sangat pendek (Yunani: brachy = pendek, ura = ekor), atau memiliki perut (abdomen) yang sepenuhnya tersembunyi di bawah dada (dada). Tubuh kepiting dilindungi oleh cangkang yang sangat keras yang terbuat dari kitin dan dilengkapi dengan sepasang capit. Bagian tubuh kepiting juga terdapat perisai yang terdiri dari zat kapur.
Kepiting dapat ditemukan di semua perairan di dunia. Terdapat dua jenis kepiting, yaitu kepiting air dan kepiting darat. Kepiting air juga memiliki jenis yaitu kepiting air tawar, dan kepiting laut. Ukuran kepitingpun bervariasi, mulai dari kepiting kacang yang lebarnya hanya beberapa milimeter, hingga kepiting laba-laba Jepang, dengan rentang kaki hingga 4 meter.
Salah satu spesies kepiting yang paling banyak hidup di Indonesia adalah kepiting rawa (air tawar). Seperti namanya, jenis ini hidup di rawa-rawa yang banyak terdapat di pedalaman hutan di Indonesia ataupun berada di hutan bakau di pinggiran pantai. Jika dilihat dari ciri fisik, maka ada beberapa ciri khusus yang melekat. Kepiting rawa memiliki ukuran badan yang sedikit lebih besar, bundar dan juga tebal. Selain itu, tubuh kepiting memiliki lapisan yang tebal dengan warna kecokelatan atau hijau tua kemerah-merahan.
Kepiting rawa atau ketam adalah hewan yang diperjualbelikan untuk dikonsumsi. Biasanya kepiting rawa yang dijual dapat hidup alami di alam liar maupun dapat dibudidayakan. Salah satu contohnya yaitu budidaya di lahan gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigLahan Gambut
Lahan gambut merupakan bagian dari lanskap ekosistem gambut, salah satu ekosistem khas lahan basah yang dimiliki Indonesia. Gambut berasal dari tanah yang terdapat akumulasi sisa-sisa makhluk hidup yang melapuk, mengandung bahan organik >12% dengan ketebalan lebih dari 50 cm. Kepiting bakau yang dibudidayakan di tambak tanah gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigGambut
<[lahan gambut]Ekosistem Gambut Primer di Laboratorium Alam CIMPTROP, Kalimantan Tengah>
Gambut merupakan material organik yang terbentuk secara alami berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna dengan ketebalan 50 (lima puluh) centimeter atau lebih dan terakumulasi pada areal rawa. Secara harfiah Gambut berasal dari bahasa Banjar untuk menyebut tanah non-mineral yang berasal dari akumulasi bahan organik yang tidak terdekomposisi sempurna pada daerah depresi. Bany… merupakan cara yang efektif untuk memanfaatkan lahan gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigLahan Gambut
Lahan gambut merupakan bagian dari lanskap ekosistem gambut, salah satu ekosistem khas lahan basah yang dimiliki Indonesia. Gambut berasal dari tanah yang terdapat akumulasi sisa-sisa makhluk hidup yang melapuk, mengandung bahan organik >12% dengan ketebalan lebih dari 50 cm dan sebagai upaya peningkatan ekonomi. Usaha budidaya ini juga dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar terhadap permintaan bahan baku yang berasal dari kepiting.
Referensi:
http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/jppi/article/view/5297/4652#