sejarah:gambut_era_kolonial_belanda

Gambut Era Kolonial Belanda

Kondisi gambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigGambut

<[lahan gambut]Ekosistem Gambut Primer di Laboratorium Alam CIMPTROP, Kalimantan Tengah>

Gambut merupakan material organik yang terbentuk secara alami berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang terdekomposisi tidak sempurna dengan ketebalan 50 (lima puluh) centimeter atau lebih dan terakumulasi pada areal rawa. Secara harfiah Gambut berasal dari bahasa Banjar untuk menyebut tanah non-mineral yang berasal dari akumulasi bahan organik yang tidak terdekomposisi sempurna pada daerah depresi. Bany…
pada era kolonial hampir sama dengan kondisi pada masa Kesultanan Palembang, hanya saja ada sedikit perubahan. Perubahan itu ditandai dengan adanya penimbunan anak Sungai Tengkuruk dalam rangka pembuatan Tata Kota Kolonial pada tahun 1920 yang diarsiteki oleh Thomas Karstens. Hal ini juga termasuk penimbunan sebagian Sungai Kapuran yang sekarang menjadi Jalan Merdeka, Gedung Ledeng (Kantor Walikota). Penimbunan tersebut mengakibatkan banjir di daerah Jalan Merdeka dan seputar Kambang Iwak. Dalam penanggulangan banjir, kemudian dibuatlah sistem drainase di sekitar Talang Semut dalam bentuk saluran drainase menuju kolam retensi Kambang Iwak Besar (depan Hotel Swarna Dwipa) dan Kambang Iwak Kecil (Masjid Taqwa). Sejak itu Belanda tidak mereklamasi lagi rawa dan sungai.

  • sejarah/gambut_era_kolonial_belanda.txt
  • Last modified: 2023/02/04 11:08
  • by Yusi Septriandi