Bincang Gambut Seri 14: Biodiversitas Ikan dan Capung dalam Ekosistem Lahan Gambut


Artikel ini berisi rangkuman materi dari Webinar Bincang Gambut Seri 14 yang diselenggarakan oleh WikiGambutplugin-autotooltip__default plugin-autotooltip_bigWikiGambut

WikiGambut merupakan upaya bersama untuk mengumpulkan, mengkompilasi, mensintesa dan menuturkan kembali pengetahuan serta informasi tentang ekosistem gambut dan pengelolaannya kedalam satu sistem pengelolaan pengetahuan (Knowledge Management System) sehingga dapat digunakan secara luas untuk pengambilan keputus anterkait
Kalimantan Barat pada hari Minggu, 27 Oktober 2024. Webinar ini mengusung tema “Biodiversitas Ikan dan Capung dalam Ekosistem Lahan Gambut.”
Kegiatan ini menghadirkan dua pemateri yang ahli di bidangnya, yaitu Marcel Alveri Adis, S.Si, yang merupakan Founder Freswater Fish of Indonesia, dan Weni Julaika, S.Si yang merupakan Mahasiswa S2 Ilmu Lingkungan Universitas Tanjungpura. Keduanya memiliki pengetahuan mendalam terkait biodiversitas dilahan gambut, yang membagikan wawasan penting terkait peran biodiversitas ikan dan capung sebagai indikator kondisi lahan gambut dan juga perannya dalam menjaga keseimbangan ekosistem gambut di Indonesia.



Terdapat dua alasan mengapa lahan gambut itu penting. Pertama, alasan scientific lahan gambut merupakan penyimpan karbon alami dimana lahan gambut mampu menyimpan 30 hingga 40 persen karbon yang ada di daratan dunia. Lahan gambut juga menjadi sumber keaneragaman hayati bagi habitat berbagai flora dan fauna endemic, termasuk didalamnya yaitu ikan air tawar yang hanya dapat ditemukan didalam ekosistem ini. Sebagai regulator hidrologi lahan gambut mampu menyerap dan menyimpan air sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya banjir dan kekeringan di wilayah sekitar. Terakhir lahan gambut merupakan ekosistem kompleks dalam memelihara rantai makanan penting. Kedua, alasan ekonomis. Lahan gambut secara ekonomis penting karena menjadi sumber mata pencaharian bagi banyak komunitas local dan masyarakat adat. Disisi lain, kekayaan biodiversitas yang terdapat didalamnya dapat dimanfaatkan menjadi wisata edukatif seperti ekowisata ataupun wisata perikanan. Tidak hanya itu, lahan gambut juga menyediakan hasil hutan non-kayu seperti madu, rotan, dan tanaman obat yang bernilai ekonomis. Lahan gambut dapat pula digunakan dalam budidaya berkelanjutan seperti budidaya ikan spesies local dengan pendekatan ramah lingkungan, dimana hal ini dapat meningkatkan ekonomi local tanpa harus merusak habitat.


Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak dinas, jurnal-jurnal, maupun penelitian mahasiswa, diketahui terdapat 421 spesies ikan air tawar dan payau di Kalimantan Barat. Terdapat berbagai macam tipe habitat ikan di Kalimantan Barat, salah satunya yaitu perairan gambut. Ikan dilahan gambut menjadi salah satu penyumbang biodiversitas jenis ikan terbanyak di Kalimantan Barat. Diperkirakan terdapat 30 - 40% spesies ikan di Kalimantan Barat yang hidup di perairan gambut. Sebagian besar daerah di Kalimantan Barat merupakan lahan gambut, beragam spesies yang ada dilahan gambut memiliki nilai ekologis yang sangat tinggi.


Perairan gambut umumnya memiliki pH asam berkisar 3 – 5, yang mana kadar oksigen rendah dan transparansi air yang rendah pula. Air gambut memiliki kadar tannin tinggi yang menyebabkan air berwarna kecoklatan. Karakteristik ikan di perairan gambut umumnya memiliki warna yang sangat beragam. Ikan-ikan yang terdapat di perairan gambut mengembangkan kemampuan special yaitu adaptasi respirasi labirin untuk menanggulangi diri dari kadar oksigen yang rendah, ini tidak ditemukan pada ikan-ikan yang terdapat pada perairan arus deras.


Ikan diperiran gambut memiliki fungsi ekologis dan ekonomis. Secara ekologis, keberadaan ikan di perairan gambut membantu menjaga keseimbangan ekosistem dimana ikan mengontrol populasi serangga dan berperan dalam siklus nutrisi dengan mengurai bahan organic. Contohnya, keberadaan ikan slumang dapat membantu mengurangi jentik - jentik yang nantinya menjadi cikal bakal nyamuk. Selain sebagai pemangsa, ikan juga menjadi mangsa bagi burung dan predator lain. Keberadaan ikan di perairan gambut menjadi indicator kualitas lingkungan, beberapa spesies ikan sensitive menunjukkan kesehatan ekosistem air gambut. Ketika terjadi kerusakan ekosistem di perairan, ikan yang paling pertama kali terdampak. Dalam suatu ekosistem perairan, ketidakberadaan ikan menunjukan bahwa kondisi lingkungan tersebut tidak sehat atau terdapat sebuah masalah. Hal ini yang membuat ikan dapat dikatakan sebagai indicator kualitas lingkungan. Secara ekonomis, keberadaan ikan di perairan gambut menjadi sumber mata pencaharian masyarakat local melalui budidaya perikanan (ikan konsumsi maupun ikan hias) dan perdagangan. Selain itu, beberapa jenis spesies ikan unik seperti ikan hias dari perairan gambut diminati dipasar internasional.


Ancaman terbesar yang dapat mempengaruhi kepunahan spesies ikan diantaranya yaitu; Pertama, alih fungsi lahan. Konversi lahan gambut yang dilakukan oleh manusia dapat menyebabkan kepunahan spesies ikan, hal ini dikarenakan telah hilangnya habitat asli bagi ikan-ikan yang hidup didalamnya. Kedua, polusi dan perubahan hidrologi. Pembuangan limbah ke air, kebakaran lahan, pembuatan kanal dan limpasan pertanian mengakibatkan menurunnya kualitas air. Beberapa spesies ikan yang hidup di habitat yang memerlukan arus, ketika dibuat kanal – kanal dapat membuat ikan – ikan yang tinggal didalamnya hilang hingga mati dan ini dapat mengakibatkan kepunahan. Untuk itu diperlukan analisis yang mendalam sebelum melakukan pembuatan kanal – kanal yang dapat merubah perairan. Terakhir faktor yang dapat menyebabkan kepunahan spesies ikan yaitu ekploitasi secara berlebihan. Hal ini berdampak pada sulitnya ikan untuk bereproduksi akibat berkurangnya jumlah ikan yang ada.


Untuk menghadapi tantangan dan ancaman tersebut, diperlukan kebijakan atau regulasi dari pemerintah. Selain itu kolaborasi dari berbagai pihak juga diperlukan guna menyelamatkan spesies ikan yang ada di Kalimantan Barat.


Yayasan FFOI Ikan Indonesia adalah Lembaga nirbala yang didirikan untuk melestarikan dan memanfaatkan sumber daya ikan serta ekosistem akuatik di Indonesia secara berkelanjutan. Focus pada perlindungan ikan diberbagai ekosistem, termasuk perairan tawar, payau, dan laut, serta hewan dan tumbuhan akuatik di sekitarnya. Yayasan ini mengumpulkan data komprehensif dan melakukan penelitian ilmiah untuk memahami dinamika popilasi ikan dan kondisi ekosistem. Dengan data tersebut, yayasan FFOI akan melaksanakan berbagai proyek konservasi seperti pemulihan habitat, rehabilitas ekosistem yang rusak, dam penagkaran spesies ikan yang terancam punah. Selain upaya konservasi, FFOI Ikan Indonesia juga aktif dalam meningkatkan kesadaran dan pemberdayaan masyarakat melalui program edukasi dan pelatihan. FFOI bekerjasama dengan pemerintah, dan organisasi internasional untuk mengembangkan kebijakan dan praktik perikanan berkelanjutan. Komitmen FFOI adalah memastikan bahwa keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai secara seimbang, melalui pendekatan holistic dan kolaborasi yang melibatkan berbagai pihak.



Lahan gambut adalah jenis lahan basah yang terbentuk dari akumulasi bahan organik yang terurai perlahan karena kondisi lingkungan yang jenuh air dan minim oksigen. Ekosistem ini memiliki fungsi penting, seperti menyerap karbon, menyimpan cadangan air, dan mendukung keanekaragaman flora dan fauna. Meski demikian, lahan gambut menghadapi ancaman serius dari konversi lahan, kebakaran, dan perubahan iklim.


Bioindikator adalah organisme atau spesies yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan lingkungan atau ekosistem tertentu. Organisme ini digunakan untuk mendeteksi perubahan lingkungan seperti polusi atau degradasi habitat. Contoh bioindikator adalah ikan, serangga air, dan capung. Bioindikator sangat penting karena memungkinkan kita untuk memantau perubahan lingkungan dan mengambil tindakan konservasi atau pemulihan yang diperlukan. Capung (Odonata) dipilih sebagai bioindikator khususnya karena siklus hidupnya yang sensitif terhadap kualitas air dan habitatnya.


Capung mampu memberikan indikasi spesifik terhadap kualitas air di lahan gambut, misalnya terkait tingkat keasaman, oksigen, dan adanya polusi. Penelitian menunjukkan bahwa jenis dan jumlah capung di suatu lokasi bisa mengindikasikan tingkat kesehatan ekosistem lahan gambut. Jika kondisi lahan terdegradasi, jumlah capung menurun, hanya tersisa spesies yang mampu bertahan di kondisi buruk.


Peran capung dalam ekosistem lahan gambut antara lain; Pertama, indikator kondisi lahan gambut. Capung menunjukkan kondisi kualitas air lahan gambut. Keberadaannya dapat menunjukkan tingkat keasaman, ketersediaan oksigen, dan keberadaan polusi. Hal ini penting dalam memahami kesehatan ekosistem. Kedua, respon terhadap perubahan lingkungan. Karena capung sangat sensitif terhadap perubahan kualitas air, mereka dapat menghilang atau didominasi oleh jenis tertentu bila kualitas air menurun. Ketiga, alat pemantauan konservasi. Spesies capung tertentu bisa dijadikan target konservasi untuk membantu mengembalikan keseimbangan ekosistem gambut.


Capung memberikan dampak pada Biodiversitas di lahan gambut. Sebagai pemangsa alami, capung menjadi predator serangga kecil. Selain itu, capung menjadi bagian dari jaringan trofik, mereka memainkan peran penting dalam rantai makanan. Capung juga membantu meningkatkan keanekaragaman spesies lain di ekosistem gambut. Dengan adanya capung, biodiversitas di lahan gambut dapat meningkat, yang menunjukkan bahwa ekosistem tersebut sehat.


Studi Kasus di Indonesia, terdapat beberapa lokasi di mana variasi spesies dan jumlah capung berkaitan erat dengan kondisi kesehatan ekosistem. Apabila lahan gambut mengalami degradasi, jenis capung yang tersisa hanya yang mampu bertahan dalam kondisi buruk. Sebagai contoh, Genus Coenagrionidae menunjukkan ekosistem perairan yang sehat.


Capung di lahan gambut menghadapi tantangan dari polusi, perubahan iklim, dan konversi lahan. Peningkatan pencemaran air dan dampak perubahan iklim dapat menurunkan kualitas habitat capung. Konversi lahan gambut juga mengancam keberlangsungan habitat capung. Selain itu, kurangnya data penelitian tentang capung di ekosistem gambut membuat kita memiliki pemahaman terbatas mengenai kebutuhan spesifik mereka di habitat ini.


Untuk mendukung ekosistem gambut yang sehat, diperlukan berbagai langkah. Beberapa prospek masa depan dalam pemanfaatan capung sebagai bioindikator antara lain: Pertama, pemanfaatan capung dalam konservasi: Capung dapat dimanfaatkan sebagai bioindikator dalam rencana restorasi dan konservasi lahan gambut. Kedua, pemantauan jangka panjang: Penggunaan capung dalam pemantauan jangka panjang akan memberikan data berkelanjutan untuk melacak perubahan dalam ekosistem gambut. Ketiga, peningkatan kesadaran: Perlu meningkatkan kesadaran publik mengenai pentingnya capung sebagai bioindikator, terutama dalam upaya konservasi.



Lahan gambut yang sehat sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan karena berperan dalam menjaga karbon tetap tersimpan serta mendukung biodiversitas yang unik. Dengan melindungi ikan dan capung sebagai bioindikator, kita secara tidak langsung juga melindungi keanekaragaman hayati di lahan gambut. Dengan menggunakan bioindikator seperti ikan ataupun capung, kita dapat melakukan pemantauan lebih efektif terhadap ekosistem gambut, yang pada akhirnya membantu dalam upaya restorasi dan konservasi. Keberadaan ikan dan capung menjadi sinyal penting bagi kualitas air dan keberlanjutan lingkungan di lahan gambut, yang memerlukan perhatian lebih dalam menjaga ekosistem ini dari ancaman eksternal.

  • komunitas/biodiversitas_ikan_dan_capung_dalam_ekosistem_lahan_gambut.txt
  • Last modified: 2024/10/30 10:12
  • by 127.0.0.1