Kupu-Kupu Lahan Gambut
Kupu-kupu lahan gambut merupakan kelompok serangga yang hidup dan berkembang biak di ekosistem gambut tropis maupun boreal, terutama di zona vegetasi terbuka seperti rawa, semak belukar, dan hutan gambut sekunder. Habitat gambut yang kaya bahan organik dan memiliki kelembapan tinggi menyediakan sumber pakan berupa nektar dan tumbuhan inang bagi larva kupu-kupu.
Sebaran
Sebaran kupu-kupu lahan gambut sangat dipengaruhi oleh kondisi vegetasi, kelembapan, dan tingkat gangguan ekosistem.
Di Indonesia, meskipun belum banyak studi spesifik, kupu-kupu dari genus Vindula, Junonia, dan Eurema sering ditemukan di lahan gambut sekunder, semak rawa, dan kanal vegetatif, terutama di Sumatera dan Kalimantan. Keberadaan mereka menunjukkan bahwa vegetasi semak dan rawa terbuka masih mampu mendukung komunitas serangga penyerbuk, meskipun dalam kondisi ekosistem yang terdegradasi.
Contoh Jenis Kupu-Kupu
Habitat
Vegetasi semak, kanal restorasi, dan daerah rawa terbuka di lahan gambut menyediakan habitat penting bagi kupu-kupu, terutama sebagai sumber pakan nektar dan tempat bertelur. Area ini memiliki kelembapan tinggi dan paparan sinar matahari yang cukup, sehingga mendukung pertumbuhan berbagai jenis tumbuhan berbunga yang menjadi sumber energi bagi kupu-kupu dewasa. Selain itu, vegetasi tersebut juga menyediakan tumbuhan inang yang dibutuhkan oleh larva kupu-kupu untuk berkembang. Beberapa famili tumbuhan yang sering menjadi inang di lahan gambut antara lain Euphorbiaceae, Asteraceae, dan Poaceae (rumput rawa gambut), yang masing-masing mendukung spesies kupu-kupu seperti Catopsilia, Junonia, dan Eurema (Ruslan et al., 2025; Nugroho et al., 2020).
Studi di Bodogol, Jawa Barat, menunjukkan bahwa tumbuhan dari famili Asteraceae seperti Synedrella nodiflora dan Ageratum conyzoides merupakan sumber nektar utama bagi kupu-kupu Hypolimnas dan Euploea, sementara Jatropha integerrima dari Euphorbiaceae menjadi inang bagi Catopsilia scylla dan Ideopsis juventa (Ruslan et al., 2025).
Peran Ekologis
Kupu-kupu lahan gambut memainkan peran ekologis yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan dan fungsi ekosistem rawa tropis. Sebagai penyerbuk alami, kupu-kupu membantu proses reproduksi berbagai jenis flora rawa gambut, termasuk tumbuhan semak dan herba berbunga yang menjadi sumber nektar utama. Aktivitas penyerbukan ini tidak hanya mendukung regenerasi vegetasi, tetapi juga memperkuat struktur komunitas tumbuhan dan meningkatkan keanekaragaman hayati (Ghazanfar et al., 2016; Sinha & Dutta, 2024).
Selain itu, kupu-kupu berperan sebagai komponen penting dalam rantai makanan, menjadi mangsa bagi burung air, laba-laba, dan serangga predator lainnya. Kehadiran mereka mendukung dinamika energi dan interaksi trofik di ekosistem gambut yang kompleks (Čelik & Vreš, 2018). Lebih jauh, kupu-kupu juga berfungsi sebagai indikator biologis pemulihan ekosistem, karena mereka sangat sensitif terhadap perubahan kualitas habitat, seperti degradasi vegetasi, drainase, dan pencemaran. Fluktuasi populasi kupu-kupu dapat mencerminkan kondisi mikrohabitat dan keberhasilan restorasi gambut, menjadikannya alat monitoring yang efektif dalam evaluasi ekologis (Kremen, 1992; Osborne et al., 2024).
Ancaman Terhadap Kelestarian
Kupu-kupu lahan gambut menghadapi berbagai ancaman serius yang berpotensi mengganggu kelestarian populasinya, terutama akibat perubahan fungsi lahan gambut menjadi area pertanian, perkebunan, atau lokasi ekstraksi gambut. Proses pengeringan dan drainase yang menyertai konversi tersebut menyebabkan penurunan kelembapan tanah dan hilangnya vegetasi khas gambut, termasuk tumbuhan inang dan sumber nektar yang sangat dibutuhkan oleh larva dan kupu-kupu dewasa (Osborne et al., 2024; Nugroho et al., 2020).
Selain itu, pencemaran air dan tanah, serta kabut asap dari kebakaran lahan, dapat mengganggu siklus reproduksi dan migrasi musiman kupu-kupu, terutama pada fase larva dan pupa yang sensitif terhadap perubahan suhu dan kualitas udara (Butterfly Conservation, 2024; Choudhary & Chishty, 2020).
Spesies kupu-kupu yang bergantung pada habitat gambut murni, seperti Coenonympha tullia, mengalami penurunan populasi yang signifikan dan kini dikategorikan sebagai Vulnerable dalam IUCN Red List, dengan penurunan distribusi hingga 58% di Inggris antara tahun 1976–2014 (IUCN UK Peatland Programme, 2024).
Pustaka
Polgar, G. (2014). Ecological and evolutionary significance of amphibious lifestyle in mudskippers (Oxudercinae: Gobiidae). Journal of Fish Biology, 84(3), 639–672. https://doi.org/10.1111/jfb.12320
Osborne, A., Griffiths, S., Caporn, S., & Coulthard, E. (2024). Optimising the reintroduction of a specialist peatland butterfly Coenonympha tullia onto peatland restoration sites. Journal of Insect Conservation, 28, 1019–1036. https://doi.org/10.1007/s10841-024-00589-w
IUCN. (2023). IUCN Red List of Threatened Species. Version 2023-1. Retrieved July 10, 2025, from https://www.iucnredlist.org
Butterfly Conservation. (2024). Large Heath Priority Species Factsheet. Retrieved from https://butterfly-conservation.org
Nugroho, H. A., Sari, D. A. P., & Prasetyo, L. B. (2020). Keanekaragaman kupu-kupu di lahan gambut sekunder Kalimantan Tengah. Jurnal Entomologi Indonesia, 17(2), 123–132. https://doi.org/10.5994/jei.17.2.123
Ruslan, H., Satiyo, A., Yenisbar, D., Dahelmi, & Hasan, S. (2025). Composition of butterflies, food plants, and host plants in the Bodogol Nature Conservation Education Center, Mount Gede Pangrango Area. International Journal of Entomology Research, 10(1), 143–149.
Čelik, T., & Vreš, B. (2018). Microtopography determines the habitat quality of a threatened peatland butterfly at its southern range margin. Journal of Insect Conservation, 22, 707–720. https://doi.org/10.1007/s10841-018-0095-3
Ghazanfar, M., Malik, M. F., Hussain, M., Iqbal, R., & Younas, M. (2016). Butterflies and their contribution in ecosystem: A review. Journal of Entomology and Zoology Studies, 4(2), 115–118. https://www.entomoljournal.com/archives/2016/vol4issue2/PartB/4-2-36.1.pdf
Kremen, C. (1992). Assessing the indicator properties of species assemblages for natural areas monitoring. Ecological Applications, 2(2), 203–217. https://doi.org/10.2307/1941776
Sinha, D., & Dutta, A. J. (2024). Butterfly-host plant relationships: Ecological significance and conservation needs – A review. International Journal of Entomology Research, 9(8), 230–235.
Choudhary, N. L., & Chishty, N. (2020). Effect of habitat loss and anthropogenic activities on butterflies survival: A review. International Journal of Entomology Research, 5(4), 94–98. https://www.entomologyjournals.com/assets/archives/2020/vol5issue4/5-4-17-994.pdf


